Mohon tunggu...
Muhammad Adyaksa Firdaus
Muhammad Adyaksa Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjawab Keraguan Peran Perempuan dalam Perspektif Pendidikan Islam

7 Desember 2022   16:05 Diperbarui: 7 Desember 2022   16:21 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya akan membuka opini ini dengan sebuah kutipan dari seorang wanita inspiratif yaitu Ustadzah Netty Prasetyani, beliau adalah seorang aktivis perempuan sekaligus seorang cendikiawan. Beliau berpandangan bahwa, "Perempuan itu bukan sekedar ada, tetapi perempuan adalah makhluk yang Allah ciptakan yang memiliki peran strategis. 

Tidak hanya dalam kehidupan berkeluarga, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara". Berkaca dari kutipan tersebut nyatanya sudah cukup untuk meyakinkan kita atas keraguan yang ada terhadap perempuan. 

Artinya disini perempuan juga perlu diberikan akses, perempuan juga berkewajiban serta berhak untuk memperoleh pendidikan yang tinggi guna mengembangkan dirinya. Oleh karena perempuan memiliki peran strategis yang tidak dimiliki oleh lelaki yakni peran reproduksi (berupa hamil dan melahirkan, serta menyusui). 

Maka benar anggapan bahwa mendidik seorang laki-laki bermakna mencerdaskan individu, sedangkan mendidik seorang perempuan bermakna mencerdaskan sebuah bangsa karena perempuan memiliki naluri yang begitu spesial yaitu naluri "keibuan". 

Lalu benarkah bahwa pendidikan islam hanya mengutamakan laki-laki? Jawabannya tentu tidak, karena sejatinya perempuan itu setara dengan laki-laki tetapi tetap dalam konteksnya masing-masing. Jika dilihat dari sudut pandang agama, tentu agama islam sendiri sangat menghargai perempuan dan amat mendukung posisi ataupun peran perempuan yang tidak hanya sebagai pelengkap dari laki-laki, melainkan perempuan juga memiliki kapasitas untuk dapat berkembang lebih jauh lagi.  Hal ini dapat dibuktikan dengan begitu banyaknya potret nama-nama wanita hebat pada masa lalu seperti Christina Martha Tiahahu, R.A. Kartini, Raden Dewi sartika, serta nama-nama lainnya. 

Dalam sejarah islam pun dapat kita temukan potret wanita hebat seperti Siti Khadijah istri Rasulullah SAW, yang berhasil menguasai sumber-sumber ekonomi dengan kepandaiannya dalam berniaga. Lalu ada nama Siti Aisyah, yang memiliki intelektualitas yang tinggi terbukti dari ribuat hadis Rasulullah SAW yang mampu beliau riwayatkan. Dan ada juga Ibunda dari Nabi Musa yang sangat piawai dalam konteks pengasuhan, karena sesungguhnya ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Dari potret nama-nama wanita hebat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kemuliaan ataupun kesetaraan tidak dapat ditentukan dari jenis kelamin. Hal ini juga tentunya sesuai dengan apa yang ada dikatakan Al-Qur'an dalam surat Al- Hujurat ayat 13, bahwa kemuliaan di mata Allah itu tidak didasarkan atas jenis kelamin, melainkan karena ketaqwaannya.

Sudah saatnya kita merubah cara pandang kita akan prinsip kesetaraan yang terkadang cenderung merendahkan posisi perempuan, karena pada dasarnya islam pun mengajarkan kita untuk saling menghargai perannya masing-masing agar perempuan dan laki-laki dapat saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun