Mohon tunggu...
AD Tuanku Mudo
AD Tuanku Mudo Mohon Tunggu... Penulis - aktivis sosial kemasyarakatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lewat Badikie dan Malamang Meneladani Nabi Muhammad SAW

29 Oktober 2020   13:09 Diperbarui: 29 Oktober 2020   13:13 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan badikie dan malamang di Masjid Raya Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Rabu malam. (foto dok facebook rahmat tk sulaiman)

Tingkatan maulid ini ada tiga macam. Mulai dari menyongsong, menduabelas, dan maanta. Ketiga macam itu tetap badikie. Hanya saja lamanya yang berbeda. Kalau menyongsong itu bedikie sekedar orang siak kampung itu. Paling sampai pukul 24.00 Wib.

Kalau menduabelas, itu semalam sehari. Baralek gadang namanya di masjid. Sedangkan maanta, juga sama dengan menyongsong. Tak pakai lama, dan tak mengundang tamu dari luar.

Di tengah pandemi saat ini, peringatan maulid sedikit berkurang. Apalagi pemerintah daerah telah mengeluarkan aturan untuk tidak melakukan perhelatan, baik di rumah maupun di tempat umum. Meskipun demikian, yang telah membuat kesepakatan untuk maulid, tetap saja diadakannya.

Seperti yang maulid malam Rabu, tak ada orang siak-nya yang pakai masker. Jarak duduknya tetap seperti biasa pada saat belum ada pandemi covid-19. Dan memang, kalangan orang siak ini masih kaku memakai alat penutup hidung dan mulut tersebut.

Yang namanya wabah tidak saja zaman sekarang adanya. Sejak zaman saisuak sudah ada. Hanya namanya yang berbeda, sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. 

Nabi memang melarang ummatnya untuk datang dan berkunjung ke wilayah zona merah. Begitupun yang berada di zona merah, jangan pergi dan bepergian ke tempat yang belum terkena wabah.

Tentu cerita peringatan maulid dengan cara syarafal anam badikie ini, hanya adat salingka nagari. Artinya, pengunjung dan undangan orang siak pandai dikie di datangkan dari seantero Padang Pariaman.

Inilah cara rang Piaman menghormati Nabi Muhammad Saw. Dari cara itu, tertanam rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa memiliki. Dengan peringatan maulid ini masyarakat bisa membangun rumah ibadah, memperindah bangunan masjid yang masih terbengkalai, serta membuat sarana lainnya untuk kepentingan banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun