Mohon tunggu...
AD Tuanku Mudo
AD Tuanku Mudo Mohon Tunggu... Penulis - aktivis sosial kemasyarakatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HSN di Madrasatul 'Ulum, Lewat Aswaja Menjaga NKRI dari Berbagai Ancaman

27 Oktober 2020   15:16 Diperbarui: 27 Oktober 2020   15:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para santri Ponpes Madrasatul 'Ulum memperingati HSN 2020 dengan upacara. (foto dok wag majelis yppmu)

Terik matahari pagi Kamis itu lumayan menyengat. Para santri Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua tanggal 22 Oktober pagi itu tengah mekakukan gladi resik upacara peringatan puncak Hari Santri Nasional (HSN) di halaman pesantren.

Di bawah pimpinan Sekretaris Yayasan Ponpes Madrasatul 'Ulum, Afrizal Arif Tuanku Mudo, persiapan upacara itu dilakukan secara dadakan, karena intruksi untuk mengadakan acara itu, datang sehari sebelum HSN.

Berpakaian serba putih, dan kain sarung sebagai khasnya santri, tak menyurutnya semangat anak siak yang tergabung di pesantren yang didirikan sejak 1991 tersebut untuk ikut andil dalam upacara yang merupakan perdana dilakukan di pesantren itu.

Ada lima kelompok, sesuai kelas yang ada di pesantren itu, dan di tambah satu kelompok barisan dari warga belajar Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas yang ikut upacara menaikan bendera merah putih pagi itu. Upacara di pimpin Kepala KUA Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Almanar.

HSN kali ini mengangkat tema; Santri Sehat Indonesia Kuat. Aplikasi dari tema ini, adalah santri amat diharapkan jadi pelopor hidup sehat dan bersih. Di tengah pandemi yang kian mewabah di negeri ini, santri harus jadi pelopor tegaknya protokol kesehatan, sesuai anjuran pemerintah.

Sebuah kesan yang mendalam dari rangkaian HSN di pesantren yang terletak di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman ini, adalah fasehnya semua proses yang dilakukan. Mars santri bergema dengan irama yang hebat. Begitu juga lagu yalal wathan mewarnai upacara kali ini. Tersirat nilai-nilai nasionalisme yang tinggi di kalangan santri pesantren itu.

Selain upacara, pesantren ini juga menggelar berbagai lomba dalam memaknai HSN. Ada lomba tahfidz, pidato, takraw, dan sejumlah lomba lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi santri belajar di pesantren.

Hadirnya HSN tak terlepas dari peran dan sejarah ulama dan santri zaman dulu dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, dengan melahirkan Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 oleh KH. Hasyim Asy'ari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Resolusi Jihad NU yang akhirnya melahirkan perlunya tanggal itu dikenang sebagai HSN.

Pada kesempatan yang sama di tempat yang berbeda, Ponpes Madrasatul 'Ulum termasuk satu dari empat pesantren yang ada di Padang Pariaman yang diberikan penghargaan oleh Kemenag daerah itu, pada momen HSN tahun ini. Penghargaan diberikan di pusat peringatan HSN tingkat Padang Pariaman.

Pesan moral yang paling tinggi yang dibacakan salah seorang santri dalam upara itu, adalah soal pentingnya mempertahan dan mengembangkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja). Komitmen demikian penting dikuatkan kembali, meskipun secara umum anak siak di pesantren itu meyakini itulah aqidah yang paling populer di tengah masyarakat.

Santri Madrasatul 'Ulum diharapkan mampu melawan gelombang besar arus Islam radikal yang kian marak hari ini, dengan memperkuat barisan, mempertahankan tradisi yang baik yang selama ini jadi acuan oleh masyarakat Islam Ahlussunnah Waljamaah itu sendiri.

Lewat Islam Ahlussunnah Waljamaah itulah para santri memperkuat dan memperkokoh nilai-nilai kebangsaan. Rasa bangga dengan negara terhunjam kuat, sehingga lahir semangat untuk mempertahankan NKRI dari berbagai ancaman.

Pentingnya hal itu, karena kaum santri sangat mudah dihinggapi oleh paham-paham baru, yang diangap bertentangan dengan Ahlussunnah Waljamaah. Betapa banyak orang dan pihak lain mencap kalau pesantren adalah sarangnya teroris. Tentu stigma ini dibalik oleh santri Madrasatul 'Ulum, bahwa pesantren ini adalah tempat anak siak mengaji literatur keislaman yang rahmatan lilalamin. Untuk itu, penting artinya santri Madrasatul 'Ulum menggali kembali sejarah HSN itu sendiri lewat forum diskusi dengan menghadirkan tokoh ulama, dan cendikiawan muslim yang ikut melahirkan HSN itu sendiri.

Banyak sejarah yang terkandung dalam HSN. Lewat penggalian yang maksimal, santri bisa belajar betapa ulama dan santri dulu itu tidak berkutat hanya pada kajian kitab kuning yang menjadi pelajaran pokok di pesantren, yang diimplementasikan hanya dengan saling berhadapan guru dan murid.

Tetapi, bagaimana nilai-nilai luhur yang termuat dalam kitab kuning dijabarkan dengan berbagai sarana yang ada. Kita tahu, bertapa karya tulis santri zaman saisuak yang kita pelajari hari ini di pesantren, adalah suatu ilmu dakwah tertulis yang mumpuni.

Nah, HSN kali ini bagaimana bisa menghadirkan para santri yang mampu menularkan karya tulisnya untuk banyak orang dan tahan lama. Kalau santri hebat pidato lewat mimbar, itu sudah biasa dan memang banyak seperti itu. Tetapi santri yang hebat lewat karya tulis, ini yang sangat minim, dan amat kurang sekali, kalau kita tak ingin menyebut sama sekali belum ada di kalangan Madrasatul 'Ulum.

Menulis sama juga dengan pidato di mimbar. Banyak bahan dan cerita yang harus kita tulis. Penting sekali ilmu menulis ini kita pelajari, agar dakwah yang kita sampaikan berkesan dan tahan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun