Mohon tunggu...
AD Tuanku Mudo
AD Tuanku Mudo Mohon Tunggu... Penulis - aktivis sosial kemasyarakatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Perubahan Sumatera Barat Itu Ditumpangkan pada Mulyadi

9 Oktober 2020   01:28 Diperbarui: 9 Oktober 2020   01:34 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cagub Sumbar Mulyadi (kanan) foto dengan Gubernur Irwan Prayitno. Kedua tokoh yang akan mengakhiri serta akan memulai pengabdiannya itu berdiskusi panjang lebar soal masa depan Ranah Minang. (foto liputan6.com)

Urang Sumpu ka Pasaman, tibo di Pasaman pai baburu. Sumatera Barat menuju perubahan, jan lupo Mulyadi nomor satu. Penggalan pantun yang ditulis Eva Jalien ini cukup viral di jejaring sosial facebook. B

anyak dapat tanggapan dari warga net. Tentu tanggapan positif, lantaran memang daerah ini butuh perubahan, dan keluar dari segala beban himpitan yang kiat mendera sendi-sendi kehidupan masyarakat yang terkenal dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

Satu kata menuju perubahan. Itulah yang di sematkan kepada Cagub Mulyadi, tokoh dan kandidat Gubernur Sumbar yang telah terkenal kepiawaiannya berpolitik di tingkat nasional selama ini. Tiga periode Ketua DPD Partai Demokrat Sumatera Barat ini merentas jalan berliku di Senayan. Banyak hasil soraknya di Senayan itu yang lekat di bumi Minangkabu ini.

Tidak hanya Jembatan Layang Kelok 9 yang menjadi bukti nyata perjuangan Mulyadi merealisasikan aspirasi masyarakat. Jalan Manggopoh - Simpang Empat, jalan Tapan - Batas Bengkulu, listrik tenaga surya, proyek infrastruktur pedesaan PPIP, listrik desa, mesin robin untuk ratusan nelayan, revitalisasi Pantai Carocok dan Politeknik Pelayaran.

Meskipun banyak karya besarnya mewarnai provinsi yang terdiri dari 19 kabupaten dan kota ini, tetap saja dalam padangan orang-orang yang tak ingin perubahan, atau yang memilih jalan tidak mendukungnya untuk jadi gubernur, Mulyadi tidak pernah berbuat apapun selama menjadi anggota dewan. Malah mereka menilai, kinerja Mulyadi kok negatif semua.

Artinya, mereka membuat seluruh apa-apa yang jelek terhadap Cagub nomor urut satu ini, tanpa sedikitpun membuat kebaikannya. Tentu sebuah pandangan yang tidak objektif. Sepertinya lewat menyebarkan yang negatif-negatif Mulyadi ke ranah publik, mereka ingin mengatakan kepada banyak orang, ini lho calon gubernur yang digadang-gadang bakal mampu meraih suara terbanyak itu.

Sebagai umat Islam dan umat beragama, kita diajarkan, bahwa janganlah kebencianmu kepada seseorang membuat kamu tidak berlaku adil. Artinya, meskipun kita benci atau tidak suka dengan Mulyadi, janganlah semua keburukannya saja yang dibaca. Baca juga kebaikannya, agar kita bisa menilai secara objektif. Dan orang banyak pun bisa menilai apa yang bisa kita berikan kepada dunia politik Pilkada saat ini.

Memang, selaku manusia biasa, Mulyadi tak luput dari kesalahan dan kelemahan. Itu fitrahnya manusia. Hanya Tuhan yang memiliki sifat sempurna. Yang jelas, Mulyadi telah berbuat banyak. Dan itu diakui hampir seluruh masyarakat, terutama di daerah pemilihannya pada saat dia berangkat jadi anggota DPR RI.

Lahirnya ungkapan kata-kata Sumatera Barat menuju perubahan, tentu sebuah kata yang bersumber dari hati dan pikiran yang jernih dari seorang Eva Jalien, nun jauh di ujung Sumbar, perempuan itu melihat apa yang memang sudah banyak karya Mulyadi. 

Eva Jalien tidak seorang aktivis partai politik. Tapi ia ingin, sosok Mulyadi saatnya memimpin Sumbar, agar bisa kelihaiannya menggaet anggaran pusat itu tertular di seluruh daerah di Minangkabau ini.

Apa yang disampaikan Eva Jalien lewat ciutannya di dunia maya itu, bersamaan pula dengan keinginan masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan, yang merasakan seorang Mulyadi adalah sosoh yang gigih dalam berjuang, dan torehan karyanya amat dirasakan masyarakat banyak, bukan orang perorang, atau satu kelompok saja.

Gambaran umumnya, jangan lagi hasil kegigihan Mulyadi hanya dinikmati oleh masyarakat Dapil Sumbar II. Masyarakat Sumbar I pun juga butuh perubahan mendasar. 

Jalannya, Mulyadi hari kita jadikan sebagai gubernur, agar pembangunan merata di seluruh pelosok negeri ini. Selama ini yang menonjol pembangunan berskala besar hasil kinerja Mulyadi terserak di Sumbar II, seperti Kelok 9 di Kabupaten LImapuluh Kota, Politeknik Pelayaran Sumbar di Padang Pariaman, dan sarana prasarana lainnya di Agam dan Pasaman.

Pemerataan pembangunan dapat menyerap investasi padat karya, yang sangat dibutuhkan oleh para pencari kerja. Mulyadi yakin, di samping mengatasi ketimpangan pembangunan, pemerataan pembangunan juga dapat mengatasi permasalahan pengangguran. Berkaca dari apa yang di-pantun-kan Eva Jalien, sangat patut kita melihat sejara objektif dari rekam jejak calon gubernur yang akan pilih 9 Desember mendatang.

Semua calon yang maju punya rekam jejak. Silakan kita nilai, dan kita bahas, diskusikan bersama, agar kita tidak salah dalam menilai dan memilih nantinya. Mulyadi sengaja menggandeng Ali Mukhni, Bupati Padang Pariaman dua periode, tak lain karena ada kersamaan visi misi, dan akan mampu nantinya melakukan kerjasama yang saling menguatkan.

Memang, Ali Mukhni sudah terkenal juga sebagai "Bapak Pembangunan" di daerahnya, tapi ia lebih sukses di pemerintahan. Dua kali jadi bupati dan sekali jadi wakil bupati tentu sebuah modal dasar untuk kemajuan jalannya roda Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat, dengan kekuatan Mulyadi yang sudah malang melintang di pentas nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun