Mohon tunggu...
AD Tuanku Mudo
AD Tuanku Mudo Mohon Tunggu... Penulis - aktivis sosial kemasyarakatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musim Hujan Tiba, Ancaman Banjir dan Longsor Melanda Padang Pariaman

23 September 2020   13:15 Diperbarui: 23 September 2020   13:19 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir dan longsor awal tahun ini membuat jalan terban di sebagian wilayah di Padang Pariaman, Sumatera Barat. (foto dok suara.com yang bersumber dari Antara)

Musim penghujan mulai melanda negeri ini. Kabupaten Padang Pariaman satu dari 19 kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang rawan banjir. Titik banjir di daerah ini cukup banyak. Seperti Pasar Sungai Limau yang menjadi langganan banjir setiap kali hujan lebat tiba. Di samping itu, longsor pun kerap menghantui masyarakat, terutama yang tinggal di perkampungan yang ada bukit-bukitnya.

Banjir di Sungai Limau adalah akibat belum maksimalnya jalur pembuangan air. Sementara, deras air yang turun dari langit, dan luncuran dari perkampungan bagian atas Pasar Sungai Limau lumyan kencang. Tidak lagi sesuai pembuangan dengan kecepatan air masuk, banjir pun tak dapat dielakkan.

Acap mobil macet di jalan lintas Sumbar yang menghubungkan Padang - Pasaman Barat dan Lubuk Basung tersebut. Hingga saat ini, belum ada antisipasi yang maksimal dilakukan pemerintah. Normalisasi Sungai Batang Kamumuan dan sungai besar lainnya di Padang Pariaman sudah sangat mendesak, agar banjir datang tidak membahayakan.

Padang Pariaman dari utara ke selatan, banyak dialiri sungai-sungai besar. Di selatan ada Sungai Batang Anai, Batang Ulakan. Sementara, di selatan dan di tengah ada Sungai Batang Mangoi, Batang Nareh, Batang Kamumuan, dan sungai kecil lainnya yang juga bisa mendatangkan luapan yang amat dahsyat saat hujan lebat mengguyur.

Sungai Limau ke atas yang melewati Sungai Geringgi hingga IV Koto Aua Malintang yang berbatasan dengan Kabupaten Agam, adalah perkampungan yang sering dikejutkan oleh longsor. Runtuh tebing, membuat korban berjatuhan. Pohon kelapa dan pohon kayu tumbang juga jadi ancaman tersendiri di banyak perkampungan bagian utara Padang Pariaman itu.

Kampung Dalam sebagai wilayah padat penduduk, belakangan ini juga jadi langganan datangnya banjir. Sama dengan Lubuk Alung di bagian selatan Padang Pariaman. Banjir di Pasar Lubuk Alung hampir sama kasusnya dengan di Pasar Sungai Limau. Drainase pembuangan air yang tidak ada membuat air hujan yang datang meluap dengan sendiri.

Ketika hujan lebat di Lubuk Alung, genangan air semangkin meninggi, sampah pada berserakan dibawa arus air hilir mudik. Ini obatnya, butuh drainase. Mungkin Lubuk Alung banyak terjadi polemik, membuat pemerintah daerah belum mau masuk membenahi pasar terbesar di Padang Pariaman tersebut.

Tapi banjir di bagian timur Lubuk Alung, seperti Surantiah sering membahayakan. Perkampungan yang terletak di gugusan kaki Bukit Barisan ini sering ditakutkan oleh banjir yang kadang-kadang disertai longsor. Sudah ada korban jiwa akibat longsor beberapa tahun yang lalu. Luapan Sungai Batang Anai jadi ancaman tersendiri oleh masyarakat bagian timur Lubuk Alung ini.

Akibat banyak galian yang dilakukan masyarakat di sepanjang aliran Sungai Batang Anai sejak dari Pasie Laweh hingga ke Pasar Usang, membuat tebing-tebing di pinggir sungai sedikit demi sedikit dikikis air. Apalagi air bah yang datang sewaktu-waktu, dengan sebentar, sungai pun tampak semakin melebar akibat tebing kian habis digerus air.

Saking banyaknya tambang galian c di Lubuk Alung, kampung ini pun terkenal sebagai pemasok galian c terbagus di Sumbar. Krikilnya nan rancak, digunakan untuk berbagai pembangunan berskala besar. Itu pula banyak nampak truk pengangkut galian bersileweran tiap sebentar di sepanjang Lubuk Alung. Galian c Lubuk Alung bahkan termasuk sumber PAD terbesar Padang Pariaman dulunya. Tambang yang memberikan manfaat sekaligus memberi dampak negatif.

Kalau di Ulakan Tapkis, tepatnya di Tiram terkenal dengan banjir rab. Tak ada hujan lebat, tapi air laut di muara naik ke pemukiman dan tempat wisata kuliner. Kalau banjir ini yang terjadi, para pedagang nasi dengan sambal ikan segar itu pada mengeluh. Berkali-kali Sungai Batang Tapakis itu di gali dengan alat berat di bagian bawahnya, yang namanya banjir rab tetap datang melanda ketika waktunya tiba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun