Mohon tunggu...
Faqih Ashri
Faqih Ashri Mohon Tunggu... Teknisi - The Revolutionist

Bima City, 06-02-1990 Menulis untuk mengetahui rahasia tak tertulis, mendamba setiap pengalaman baru yang tak terlupakan.. City Planner, Content Writer, YouTuber. www.faqihashri.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pandemi dan Anniversary

20 Mei 2020   10:09 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasi ini saya dedikasikan untuk hubungan rumah tangga kami yang sudah jalan 4 tahun. Besar harapan kami agar keluarga kami selalu dilimpahkan kebahagiaan dan dijauhkan dari segala musibah. amin

Di suatu masa dulu kita berdua hanya berjalan di lorong waktu, tempat semua manusia menitipkan sejuta asa dalam menjalani takdir mereka. Tentu tidak ada kesepakatan untuk saling bertemu di satu titik simpul saat kaki-kaki kita lelah melangkah. Tidak ada saling menatap saat raga sedang penuh harap. Ya, kita tak sama. Kita berjalan dalam alunan langkah gontai masing-masing di jalur yang berbeda. Mencoba menerobos zaman, menjemput sketsa kebahagiaan yang bermain dalam angan.

Terkadang naif membayangkan banyak manusia mencari, mengais, bahkan mengemis kebahagiaan. Disana mereka berjalan pongah dengan sosok yang dibanggakan. Mengeluarkan effort yang sangat besar untuk menegaskan sebuah keyakinan yang tertanam di relung jiwa. Akankah yakin saja bisa menjadi nyata? atau Apakah dengan menyatakan saja hati bisa yakin? Sungguh, terakhir baru kusadari ternyata tidak ada pola yang bisa menjawab semua itu.

Apa jadinya jika kau selama ini berjalan dalam lingkaran. Apa yang akan kau teriakkan jika ternyata lorong waktu yang kau susuri ternyata ruang hampa raksasa. Ruang yang setiap simpulnya memberi garis hayal untuk kita berdua yakini walaupun berbeda arah. Setiap langkah yang kita ayunkan menjauh, ternyata membawa kita semakin mendekat dalam jalur yang berlawanan. Hingga di suatu titik temu, jiwa kita berdua saling terpaut dan tak ingin melangkah kembali. Pertemuan antara rasa lelah, takjub, dan harapan menjadikan kita memutuskan untuk berhenti dan menepi.

Apa lagi yang harus kuucap di hari spesial ini. Terima kasih untuk cinta mati yang akhirnya tidak ditanggung sendiri. Terima kasih untuk cinta suci yang seperti pandemi. Datang menggerogoti hati yang telah lama sepi. Menjalar dengan cepat ke setiap organ bersama denyut nadi. Merubah ego pribadi menjadi ikatan yang punya kendali. Perjalanan telah mengajarkan kita untuk memberi bukti, bukan sekedar kata basi. Happy anniversary pujaan hati, semoga ke depan segalanya lebih baik lagi.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun