Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

3 Pelajaran Hidup dari Buku Laris "The Road Less Traveled"

5 Agustus 2023   06:00 Diperbarui: 5 Agustus 2023   10:21 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Pexels

"The Road Less Traveled" adalah buku klasik laris yang ditulis oleh psikiater dan penulis M. Scott Peck. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 dan telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia. Buku ini menggali tentang cinta, disiplin, spiritualitas, dan pertumbuhan pribadi. Sang penulis menawarkan nasihat praktis dan wawasan tentang bagaimana menjalani kehidupan yang bermakna dan memuaskan.

Secara bahasa, "the road less traveled" berarti jalan yang jarang dilalui. Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan pilihan yang sulit atau tidak populer, tetapi yang dapat mengarah pada hasil yang lebih baik.

Dalam tulisan singkat ini, kita akan diskusikan beberapa pelajaran kunci dari buku "The Road Less Traveled" dan bagaimana pelajaran-pelajaran tersebut dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.

Pelajaran 1: Hidup itu sulit

Kalimat pertama dalam buku ini adalah: "Hidup itu sulit." Buku ini tidak mengemas realitas keberadaan manusia dengan gula-gula. Ia berpendapat bahwa kita menghadapi masalah dan tantangan setiap hari, dan kita harus menghadapinya dengan keberanian dan tanggung jawab. Ia menyatakan bahwa menghindari masalah adalah akar penyebab penyakit mental, dan menghadapinya adalah jalan menuju kesehatan mental.

Sang penulis menyarankan agar kita merangkul kesulitan hidup sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar. Kita seharusnya tidak mengharapkan hidup mudah atau adil, tetapi menerima hidup itu apa adanya dan berusaha mengatasi segala situasi yang mucul. Buku ini juga menegaskan bahwa kita sebaiknya tidak menyalahkan orang lain atau diri kita sendiri atas masalah yang kita hadapi, tetapi justru harus bertanggung jawab atas tindakan dan pilihan kita sendiri.

Dengan menerima kenyataan bahwa hidup itu sulit, kita akan dapat melepaskan diri dari harapan yang tidak realistis dan rasa frustrasi. Kita juga dapat mengembangkan sikap lebih positif dan daya tahan yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan yang dihadapi. Kita akan dapat melihat masalah sebagai peluang untuk meningkatkan diri dan memperbaiki keadaan, bukan sebagai hambatan atau ancaman.

Pelajaran 2: Cinta adalah pilihan

Scott Peck mendefinisikan cinta sebagai "keinginan untuk melampaui diri sendiri dengan tujuan menumbuhkan pertumbuhan spiritual diri sendiri atau orang lain." Ia mengatakan bahwa cinta bukanlah perasaan, melainkan keputusan dan tindakan. Ia menyatakan bahwa cinta memerlukan usaha, pengorbanan, disiplin, dan komitmen. Ia mengatakan bahwa cinta tidak egois, tetapi mencari yang terbaik untuk orang lain.

Sang penulis membedakan antara cinta sejati dan cinta romantis. Ia mengatakan bahwa cinta romantis didasarkan pada daya tarik, kekaguman, dan ketergantungan. Ia mengatakan bahwa cinta romantis seringkali bersifat sementara dan tidak stabil, dan dapat berubah menjadi kebencian atau acuh tak acuh ketika kebahagiaan awal memudar. Ia mengatakan bahwa cinta sejati didasarkan pada rasa saling menghormati, pengertian, dan kepedulian. Ia mengatakan bahwa cinta sejati bersifat langgeng dan stabil, dan dapat semakin mendalam dan kuat seiring berjalannya waktu.

Dengan memahami hakikat sejati cinta, kita akan dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Kita dapat memilih untuk mencintai orang lain bukan karena bagaimana mereka membuat kita bahagia, tetapi karena siapa mereka dan apa yang mereka butuhkan. Kita juga dapat memilih untuk mencintai diri sendiri bukan karena bagaimana penampilan atau apa yang kita miliki, tetapi karena siapa kita dan potensi yang bisa kita capai.

Pelajaran 3: Disiplin adalah kebebasan

Penulis buku mendefinisikan disiplin sebagai "seperangkat dasar alat yang kita perlukan untuk mengatasi masalah dalam hidup." Ia mengatakan bahwa disiplin terdiri dari empat komponen: menunda kepuasan, menerima tanggung jawab, mengabdikan diri pada kebenaran, dan menyeimbangkan hidup. Ia mengatakan bahwa disiplin memungkinkan kita untuk mengatasi kemalasan, impulsivitas, ketakutan, ketidaktahuan, dan kebingungan. Ia mengatakan bahwa disiplin memberdayakan kita untuk mencapai tujuan dan memenuhi potensi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun