Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ke Mana Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia?

1 Oktober 2018   14:27 Diperbarui: 2 Oktober 2018   09:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skema kejadian tsunami Palu-Donggala 2018 (https://maps.google.com/)

Hari-Hari Setelah Tsunami Indonesia, Mengubur Korban dan Mengemis untuk Bantuan
By Adam Dean, Hannah Beech and Richard C. Paddock, The New York Times
1 Oktober 2018

Catatan: Tulisan yang ditampilkan di sini hanya yang berkenaan dengan sistem peringatan dini.

Pertanyaanya tetap mengemuka apakah birokrasi yang terkenal tidak efisien bisa berbuat lebih banyak untuk mengurangi jumlah korban.

Ribuan pulau di Indonesia tersebar di salah satu bentangan paling dinamis secara seismik di bumi. Provinsi Sulawesi Tengah, di mana gempa bumi melanda pada hari Jumat, secara teratur dihantam oleh tsunami.

Namun, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia berantakan. Jaringan 22 pelampung yang seharusnya memonitor pergerakan air terbuka di Indonesia tidak lagi beroperasi sejak 2012.

Nadrah, yang seperti kebanyakan orang Indonesia menggunakan satu nama, mengatakan penduduk Donggala tidak menerima peringatan tentang tsunami. Tidak ada sirene yang terdengar. Tidak ada pesan teks yang disebarkan.

Tapi Nn. Nadrah, 54, sudah tahu dari masa kecilnya apa yang bisa terjadi ketika bumi bergoyang. “Orang tua kami mengajarkan kami bahwa jika getaran itu kuat dan berlangsung lama, tsunami akan datang,” katanya. Jadi dia berlari ke tempat yang lebih tinggi setelah getarannya mereda.

Salah satu tsunami terburuk dalam sejarah yang tercatat melanda ujung utara pulau Sumatera Indonesia pada tahun 2004, menewaskan lebih dari 130.000 orang di sana. Korban tewas tersebar di 13 negara lain dalam tsunami itu.

Beberapa pelampung peringatan yang tidak berfungsi telah menjadi bagian dari kapal nelayan, menghancurkan peralatan sensitif di dalamnya, kata pejabat dari badan meteorologi nasional, klimatologi dan geofisika.

"Kami tidak memiliki tenaga untuk memantau pelampung ini, dan itu sangat mahal," kata Rahmat Triyono, Kepala Bagian Gempa dan Tsunami di Badan Meteorologi. “Kami melakukan yang terbaik dengan sumber daya kami yang terbatas.”

Rahmat mengatakan pelampung tidak penting untuk kesiapsiagaan bencana di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun