Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mencuri Waktu Bersama Dyah Ayu

9 Mei 2016   10:49 Diperbarui: 9 Mei 2016   21:00 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fromthelenstoyoureye.deviantart

Aku duduk bersama Dyah Ayu di hamparan pasir pantai pada senja sambil memandangi ombak kecil. Ombak yang berkejaran berebut mencumbu bibir pantai. Langit dengan warna lembayung sayunya, tak terkata lagi. Serupa dengan warna-warna bahagia yang membaluri hatiku - dan hatinya, kurasa.

Aku telah melewatkan waktu-waktu curian yang tak berapa lama, tapi begitu berharga untuk menumpahkan dan meneguk cinta, bersama Dyah Ayu. Bertualang.

Aku membuang pandang. Menekuri lekuk demi lekuk bukit menjulang, pada pulau di seberang. Pulau itu pulau kenangan, pulau dengan cita rasa petualangan. Aku dan Dyah Ayu selalu mencuri waktu untuk bisa kembali ke pulau itu. Bertualang. Tapi senja ini, Dyah Ayu bersikeras tak ingin pergi menyeberang ke sana.

“Belakangan anak-anak mengikutiku, aku hampir tak bisa melarangnya,”

“Anak-anak? Kita berada jauh dari mereka,” sahutku. Entah, apa dia tahu aku tak sabar lagi untuk kembali ‘bertualang’.

Ia tersenyum, “mereka memang tak akan menemukanmu ketika kau pergi puluhan bahkan kadang ratusan kilometer dari mereka. Tapi tentu kau ingat, mereka bisa menerobos masuk kapan pun mereka mau, sewaktu-waktu.”

“Aku tak tahu yang kau bicarakan. Yang aku tahu, kau membuatku bingung.”

“Tidak,” ia menggeleng, “ada tempat di mana ada pintu yang dengan mudah bisa mereka temukan, lalu mereka masuk begitu saja.”

Aku memandangnya lekat-lekat, dan ia melakukan hal yang sama.

“Di sini, lalu di dalam sini,” ia menunjuk keningnya, lalu ke dada. “Jangan katakan kalau pintu hatimu terbuat dari kayu bebal dan anak-anak tak pernah bisa membuka dan memasukinya.”

Ah, desisku setelah beberapa lama. Tentu saja, kadang anakku datang dan masuk dalam pikiran dan hatiku. Merengekkan sesuatu, membuat keasyikan dan kenikmatan di pulau petualangan terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun