Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Nur] #5 Kecanduan Jajan

4 Januari 2016   09:56 Diperbarui: 4 Januari 2016   10:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarjo tersulut kemarahannya mendengar anak bungsunya berani memakinya dengan makian yang sungguh tak pantas diucapkan seorang anak kecil. Oh, andai kamu masih hidup, Sutinah, dan andai aku tak mementahkan usahamu mendidik anak-anakmu. Anakmu telah berani misuh pada ayahnya sendiri sekarang, hanya karena keinginan minta uang jajan. Dengan segera ia slentik telinga anak bungsunya kiri dan kanan bergantian. Kesakitan yang didapat pada telinganya sekali lagi justru membuat Mandon kian menjadi-jadi. Ia seperti kerasukan setan.

“Asu!”

Tarjo semakin marah dan anak kecil itu ditempelengnya keras-keras sampai terjengkang. Tapi Mandon tetap memaki di sela tangisnya. Tarjo merasa sulit percaya bahwa anak bungsunya berani memakinya dengan makian kotor. Ia begitu sayang pada anak-anaknya, tak sekalipun ia pernah memaki mereka atau memukul mereka karena ia memang bukan orang yang ringan tangan. Tapi yang didapat siang ini, hanya karena ia ingin mencoba mengendalikan kebiasaan jajan anaknya, sungguh suatu hal yang tak pernah ia pikirkan.

“Celeng! Asu! Celeng! Asu!”

Tarjo semakin kehilangan akal untuk menenangkan anaknya. Dengan segera ia mengambil tambang di depan kandang kambing yang biasa ia gunakan untuk mengikat dan menyeret sapi. Tambang itu digunakan untuk mengikat kedua tangan anak bungsunya.

“Siapa yang mengajarimu memaki seperti itu? Siapa yang mengajarimu berani dengan orang tua? Setiap pagi diberi sangu, setiap hari diberi uang jajan, semua keinginanmu selalu bapak turuti, bapak eman dengan mulut dan tangan bapak, tapi kamu berani mengatakan bapakmu asu. Ini, rasakan!”

Tarjo mengikat kedua tangan anaknya di belakang. Sekuat mungkin Mandon meronta-ronta. Tapi kekuatannya yang tak seberapa membuatnya tetap tak bisa melepaskan diri dari ikatan tali tambang ayahnya. Setelah terikat kuat, Tarjo membopong Mandon ke dalam rumah. Di salah satu saka guru di ruang tamu, Tarjo mengikatkan Mandon di sana. Tangis anak bungsunya menjadi-jadi.

“Rasakan!” kata Tarjo dengan keras.

“Juhhh!”

Tarjo terpana merasakan air hangat kental yang meluncur dari mulut anak bungsunya dan telak menembak wajahnya. Si bungsu meludahinya. Maka setan mengkalutkan pikiran Tarjo, spontan ia mengelap wajahnya dan seketika menampari wajah Mandon hingga anak itu lemas.

“Anak kurang ajar! Ora kena digawe alus, mau mempermalukan bapak seperti mbakyumu Muslikah? Ha?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun