Mohon tunggu...
Adrianus Marsel
Adrianus Marsel Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di pulau Kalimantan tepatnya di Kalimantan Barat. Senang berkreasi dan percaya akan sebuah keajaiban...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas, Taklukkan Jakarta

10 Maret 2018   07:53 Diperbarui: 10 Maret 2018   08:26 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengabadikan momen bersejarah di depan Tugu Monas (Dok. Pribadi)

Jumat (9/3/2018) pagi merupakan hari yang bersejarah dalam hidup saya. Kesan itu sangat mendalam sehingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata karena dengan sengaja saya berjalan kaki menyusuri setiap sudut bangunan yang ada di Jakarta. Dari Mangga Besar Raya, daerah Taman Sari Jakarta Barat menuju Monumen Nasional (Monas) di jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, saya tiba di Jakarta Rabu (9/3/2018) malam, kemudian menginap di kawasan Mangga Besar Raya bemodal rekomendasi dari seorang teman yang sudah lama merantau ke ibukota Jakarta, Bang Farel Austyn yang dikenal dengan Panglima Baonk, ahli Spritual dan pecinta budaya Dayak.

Karena kelelahan dan tak tahu mau ke mana, keesokan harinya saya manfaatkan waktu hanya untuk beristirahat namun saya berinisiatif untuk membuktikan bahwa saya sanggup menaklukkan ibukota pada hari Jumat (keesokan harinya) karena selama beberapa kali ke Jakarta saya hanya mengikuti arahan petunjuk undangan kegiatan dari pihak kementerian yang mengundang untuk mengikuti kegiatan kedinasan.

Dan semua perjalanan itu direalisasikan dengan menghubungi jasa seorang supir taxi artinya ke manapun arah tujuan yang akan dituju saya menggunakan jasa layanan taxi dengan tarif menyesuaikan dengan jam kerja sang supir.

Berjalan Kaki melewati lorong jalan (Dok. Pribadi)
Berjalan Kaki melewati lorong jalan (Dok. Pribadi)
Dengan berjalan kaki itu juga, Saya bermaksud untuk menguji aplikasi yang biasa digunakan sebagai penunjuk arah salah satunya adalah Google Map.Dengan bermodalkan Google Map saya berusaha untuk tidak bertanya ke sana kemari walau kata orang, malu bertanya sesat dijalan. Hehe

Arah perjalanan pertama saya bermula dari jalan Mangga Besar Raya, atau di seberang hotel Astika kemudian menuju jalan Taman Sari Raya lurus terus ke jalan Taman Sari, di ujung jalan Taman Sari saya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati semangkok mie ayam yang katanya khas Jakarta.

Setelah menikmati semangkok mie ayam saya kemudian melanjutkan perjalanan ke jalan Pecenongan hingga ke jalan Ir. H. Juanda, berbelok sebelah kiri menuju jalan Veteran III hingga ke ketemulah jalan Medan Merdeka Utara, kemudian jalan Silang Monas Barat Laut dan berakhir ke jalan Tugu Monas tepat di pintu masuk Tugu Monas. Perjalanan itu berjarak kurang lebih 3,5 km dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam setengah.

Istirahat sejenak melepas lelah di sudut gang (dok.pribadi)
Istirahat sejenak melepas lelah di sudut gang (dok.pribadi)
Ada beberapa hal yang saya temukan dari perjalanan itu yang pertama, ternyata pejalan kaki juga punya aturan sendiri, tidak hanya pengendara motor atau mobil. Salah satunya adalah, ada beberapa titik ruas trotoar yang tak dapat dilewati oleh pejalan kaki dan terdapat beberapa halte khusus bagi pejalan kaki ketika hendak menyeberang jalan, tak bisa sembarangan dan seenaknya.

Di dalam perjalanan itu saya sempat kebinggungan ketika hendak menyeberang ke jalan Medan Merdeka Timur karena sesuai petunjuk arah di Google Map, saya harus menyeberang ke perempatan lampu merah dengan kondisi ramai kendaraan hingga membuat saya memutuskan untuk bertanya kepada salah satu petugas Satpam yang berjaga di depan gedung bertingkat di kawasan tersebut.

Dari arahan petugas itu, saya pun harus berbalik arah untuk mencari penyeberangan. Namun untuk menyeberang, sebagai pejalan kaki kita harus menekan tombol kuning pada salah satu tiang lampu merah.

Tombol Penyeberangan untuk pejalan kaki (Dok. Pribadi)
Tombol Penyeberangan untuk pejalan kaki (Dok. Pribadi)
Kedua, tak selamanya sebuah aplikasi baru bisa dipercaya sepenuhnya dengan mengabaikan petunjuk lama adalah dengan bertanya karena pepatah malu bertanya, sesat di jalan juga merupakan modal utama kita untuk sampai ke tujuan tanpa mengabaikan pesan untuk bertanya pada orang yang tepat, jangan sampai bertanya pada orang yang malah akan menyesatkan. Hehe

Ketiga, apakah saya sudah menaklukkan ibukota, jawabannya belum, karena saya belum paham benar situasi kota Jakarta walau sudah bermodalkan Google Map. Hehe

Trotoar jalan khusus buat pejalan kaki (dok.pribadi)
Trotoar jalan khusus buat pejalan kaki (dok.pribadi)
Demikian cerita singkat ini, semoga suatu saat saya benar-benar dapat menaklukkan kota Jakarta tanpa bertanya ke sana kemari ataupun melihat Google Map. Bisa gak ya? Haha
Menikmati jajanan khas Jakarta, Kerak Telor (dok.pribadi)
Menikmati jajanan khas Jakarta, Kerak Telor (dok.pribadi)
Bergaya di depan Tugu Monas (dok.pribadi)
Bergaya di depan Tugu Monas (dok.pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun