Motif afektif ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika menggerakan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu. Ada delapan motif menurut McGuire. Ia membuat kategori yang ditujukan untuk memelihara stabilitas psikologis dan motif-motif dalam mengembangkan kondisi psikologis, yaitu;Â
Pertama, Teori Reduksi Tegangan  yaitu manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Manusia berusaha menghilangkan atau mengurangi tegangan dengan mengungkapkannya, kendati hal itu tidak pantas untuk ditonjolkan. Â
Kedua; apa yang disebut dengan Teori Ekspresif menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya.Â
Ketiga, teori motivasi yang dikenal dengan Teori ego defensif memandang manusia mutlak mengembangkan citra diri (jati diri) Â tertentu dan berusaha dan berupaya untuk mempertahakan citra dirinya, serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunianya.Â
Keempat; Teori Peneguhan, memandang manusia dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran (informasi, hiburan, dan hubungan dengan orang lain).
Kelima; Teori Penonjolan Diri yakni manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus sosial, tergerak untuk selalu mengembangkan seluruh potensinya dirinya demi memperoleh penghargaan dirinya dari orang lain.Â
Keenam; Teori Afiliasi memandang manusia adalah makhluk yang selalu mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Ingin memelihara hubungan baik dalam hubungan interpersonal dengan saling membantu dan saling mencintai, satu sama lain.Â
Ketujuh; Teori Identifikasi, melihat manusia sebagai pemain peran yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya.Â
Kedelapan; Teori Peniruan memandang manusia secara otomatis cenderung berempati dengan orang di sekitarnya, mengamati dan meniru perilakunya.
Semua teori yang telah dipaparkan penulis, memang bersentuhan dengan dorongan yang ada dalam diri manusia dan bahkan menjadi dasar pembenaran untuk mengekspresikan dirinya di tengah kehidupan masyarakat.Â
Hanya saja, ekspresi atau wujud nyata seseorang untuk menunjukkan diri di tengah kehidupan masyarakat luas (publik) sangat terganggu, ketika hal-hal yang ditunjukkan melalui Medsos, mengusik dan melanggar rasa moralitas-religius masyarakat kita.