Mohon tunggu...
Adriana Salempang
Adriana Salempang Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak yang juga berprofesi sebagai guru. Suka membaca sejak remaja, khususnya bacaan fiksi. Pernah tertarik untuk bisa menjadi penulis tapi impian itu kemudian terlupakan. Seorang melankolis yang percaya bahwa 'life begins at forty' adalah hal yang benar adanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

ABK: Antara Penerimaan Keluarga, Kepedulian Masyarakat, dan Tanggung Jawab Negara

30 Juli 2022   23:09 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:15 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus belajar membatik. Foto: Kompas.com/Albertus Adit

Penolakan itu terjadi dalam bentuk pelabelan atau hate speech terhadap anak, seperti anak bodoh, anak bisu (untuk yang speech delay), atau anak aneh. Tidak hanya dalam bentuk lisan, penolakan juga terjadi dalam bentuk perlakuan yang diskriminatif. 

Hal ini tentu semakin memberatkan kondisi ABK dan orang tuanya karena keluarga merupakan support system yang perannya tentu sangat dibutuhkan.

Hal berikutnya yang dibutuhkan ABK adalah perhatian dan kepedulian masyarakat dan lingkungan sekitar. Tak dapat dipungkiri, tingginya populasi penduduk Indonesia yang tidak dibarengi dengan tingkat pendidikan (baca: pengetahuan) masyarakat khususnya tentang tumbuh kembang anak, seringkali membuat banyak orang memandang aneh ABK. 

Tak jarang dalam kehidupan sehari-hari ABK mendapat perlakuan yang tak pantas seperti perundungan (bullying).

Namun patut disyukuri bahwa pesatnya perkembangan teknologi informasi telah membawa banyak orang tua juga masyarakat semakin mengetahui dan paham bagaimana proses tumbuh kembang anak yang baik. 

Dengan demikian masyarakat pun dapat turut berperan untuk melakukan tindakan yang lebih suportif saat menemukan/berhadapan dengan anak yang membutuhkan perhatian khusus. 

Hal ini terlihat dengan munculnya berbagai lembaga swasta dalam bidang medis seperti klinik tumbuh kembang anak yang menyediakan layanan asessment dan terapi bagi ABK. Begitu pula dengan lembaga pendidkan formal yang mulai menerima ABK dengan layanan khusus kelas inklusif.

SD Xaverius 1 Bandarlampung sebagai salah satu lembaga swasta pendidikan formal tingkat dasar telah mulai melakukan pendampingan pada ABK sejak tahun 2013 dan secara resmi membuka layanan kelas inklusif pada tahun 2019. 

ABK yang pernah didampingi dalam kelas inklusif antara lain yang mengalami gangguan perilaku, gangguan linguistik (bahasa), dan adapula yang mengalami cerebal palsy serta sakit kronis jantung.

Program Pembelajaran Individual kelas Inklusif. Foto: Tim Inklusi SD Xaverius 1 BL
Program Pembelajaran Individual kelas Inklusif. Foto: Tim Inklusi SD Xaverius 1 BL

Pada tahun ajaran 2022-2023 ini SD Xaverius 1 Bandarlampung menerima sebanyak 25 ABK dari tingkat kelas 1 hingga kelas 6 sebagai Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK). PDBK yang diterima tidak hanya dalam kelas inklusif tetapi juga untuk kelas segresi yang baru tahun ini dibuka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun