Mohon tunggu...
ADRIANA
ADRIANA Mohon Tunggu... Guru - Mengucap syukur dalam segala, Bersukacita setiap waktu.

Menikmati setiap detik kehidupan yang Tuhan berikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkumpul di Hari Natal

25 Desember 2020   05:00 Diperbarui: 25 Desember 2020   05:01 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tradisi Natal yang ada di keluarga saya adalah berkumpulnya keluarga besar dan para tetangga di hari yang sama yaitu tanggal 25 Desember. 

Pasti dari kalian akan berkomentar, "Lah Iya lah, Ini khan hari besar, Lumrahlah jika semua keluarga pada ngumpul." Eh jangan salah, yang ngumpul itu pada berhijab lho. hebat kan?! Yang nggak berhijab hanyalah keluarga tuan rumah termasuk diriku dan adik-adikku juga ibuku.  Nah itulah uniknya Natal di keluargaku. 

Tiap Natal saudara-saudara dari pihak ibu yang hampir sebagian besar tidak merayakan Natal, datang berkunjung ke rumah kami untuk bersilahturahmi, meski mereka tidak mengucapkan selamat Natal, tapi kehadiran mereka di rumah kami membuat suasana Natal menjadi semakin meriah. 

Seharusnya di perayaan Natal, tamu kami adalah orang-orang yang merayakan Natal sama seperti kami,  tapi itu tidak pernah terjadi, tamu keluarga kami justru mengenakan hijab dan  berbaur bersama kami dalam sukacita Natal. 

Kami memang berbeda keyakinan tapi kami masih keluarga besar yang tidak dapat terpisahkan. Biasanya keluarga dari pihak ibu datang berkunjung ke rumah sepulang kami dari gereja. 

Acara Natal sepertinya menjadi ajang reuni keluarga tahunan setelah acara Idul Fitri. Selama seharian saudara-saudara ibuku berbaur bersama kami menikmati suasana Natal. Saudara-saudara dari pihak bapak yang justru merayakan Natal sama seperti kami, hampir tidak pernah datang merayakan Natal bersama keluarga kami. Mengapa? 

Karena keluarga bapak mayoritas masih tinggal di tanah kelahiran bapak yaitu Kupang, jadi wajarlah, jarak yang sangat jauh yang tidak memungkinkan untuk merayakan Natal bersama keluarga kami yang tinggal di Jawa. terkadang ada celetukkan dari kami "Eh, yang merayakan Natal itu sebenarnya siapa sich?" dan kami pun hanya tertawa saja melihat apa yang terjadi di keluarga kami. 

Nah jika di siang hari saudara-saudara dari pihak ibu merayakan Natal bersama kami. Di malam hari, bergantian yang datang untuk menikmati suasana  Natal bersama keluarga kami, yaitu para tetangga. 

Dan jangan pikir, mereka juga sama-sama merayakan Natal seperti kami, sesungguhnya mereka tidak merayakan Natal. Perlu diketahui, kami adalah satu-satunya keluarga Kristen yang ada di lingkungan RT di mana kami tinggal. 

Sejak dari kami tinggal pertama di rumah yang hingga sekarang kami masih tempati, Setiap Natal, hampir semua tetangga datang secara bersamaan untuk menikmati sukacita Natal bersama kami.

Dan mirip acara open house para pejabat ..dah hehhehe. Entah dari mana ide ini, setahuku orang tuaku bukan orang terkenal di kampungku, kami adalah orang biasa-biasa saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun