Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jangan Rusak Silaturahmi di Idul Fitri dengan Pertanyaan yang Menyakitkan Hati

14 Mei 2021   22:03 Diperbarui: 14 Mei 2021   22:33 2169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: trianiretno.com

Idul Fitri tentu menjadi momen yang selalu dinanti-nanti, karena hari itu adalah hari dimana kita dapat berkumpul dengan sanak famili sekaligus kembali mengeratkan tali silaturahmi.

Namun, Idul Fitri tahun ini kita masih berada di tengah pandemi sama seperti tahun sebelumnya maka kegiatan mudik dan juga berkunjung langsung bertatap muka dengan keluarga, tetangga, rekan kerja dan kolega harus dialihkan dalam bentuk daring atau online baik melalui video call ataupun menyapa melalui percakapan di grup dan juga voice call.

Memang komunikasi online tidak sama dengan bertemu langsung dan bertatap muka dengan mereka, tetapi itulah pilihan paling aman untuk bersilaturahmi di tengah pandemi kali ini.

Di dalam silaturahmi tantangan terberatnya adalah tetap menjaga lisan agar tidak saling menyakiti, karena salah-salah justru karena selip lidah silaturahmi justru bubar jalan.

Pertanyaan Pemutus Silaturahmi

Ilustrasi. Sumber: iStock
Ilustrasi. Sumber: iStock

Nah baik itu online maupun bertatap muka langsung, ternyata masih saja kita dihadapkan pada bejibun pertanyaan yang terkadang menyakitkan hati atau bahkan tanpa kita sadari kita sendiri yang mengajukan pertanyaan tersebut kepada orang lain, alhasil alih-alih mengeratkan silaturahmi karena silap lidah berujung pada meregangkan komunikasi.

Oleh karena itu, kita meski berhati-hati dan mawas diri untuk tidak menjadi pelaku "pemutus silaturahmi" tersebut, atau pun kita perlu menyikapi pertanyaan "sensitif" bahkan "nyinyir" dari keluarga, kenalan, atau pun kolega yang terkadang tidak terduga dan tidak memiliki etika.

Sebagai catatan kita perlu membatasi diri kita untuk tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat pribadi bahkan bisa dianggap tidak peka akan kondisi orang lain semisal pertanyaan terkait jodoh, pernikahan, gaji, karier, anak, dan hal-hal yang bersifat ranah privasi seseorang.

Kita jangan menjadikan ajang silaturahmi kesempatan berbasa-basi, namun dengan pertanyaan yang justru menyakitkan hati lawan bicara kita.

Contoh dari peristiwa tadi adalah semisal kita terus mengajukan pertanyaan tentang pernikahan kepada seorang perempuan anggota keluarga besar kita yang telah melajang bertahun-tahun, padahal orang tersebut telah jengah diberondong pertanyaan sama setiap tahunnya, padahal dia sudah berusaha mencari jodoh namun belum menemukannya, padahal dia sampai kena masalah mental karena selalu dituntut untuk menikah segera oleh hampir seluruh anggota keluarga lainnya. 

Tindakan yang tidak peka tadi justru membuat perempuan tersebut akhirnya memutuskan untuk ikut lagi dalam acara keluarga besar termasuk silaturahmi ketika Idul Fitri, maka vonis zalim sebenarnya cocok disematkan kepada diri kita.

Contoh lainnya adalah menanyakan tentang anak kepada pasangan yang telah bertahun-tahun menikah, namun belum dikarunia anak. Ini adalah contoh lainnya yang sering membawa petaka, padahal pasangan tadi sudah berobat sana-sini, sudah berusaha maksimal, namun Allah belum karuniakan keturunan kepada mereka. celakanya lagi karena desakan sana sini serta pertanyaan tentang anak tadi akhirnya pasangan tersebut bercerai dan tidak dapat mempertahankan keutuhan keluarganya lagi.

Maka sejatinya benar adanya, lebih baik diam jika tidak dapat berkata yang baik.

Selalu Berhati-hati

Ilustrasi. Sumber: arrohmahtahfizh.sch.id
Ilustrasi. Sumber: arrohmahtahfizh.sch.id

Kita sejatinya punya kuasa untuk mengendalikan lisan dan perbuatan kita, menjadi logis kita sebenarnya dapat mencari topik pembicaraan lain yang lebih netral dan berintensi baik semisal membicarakan tentang hobi atau kesukaan seseorang, pengalaman seseorang, cuaca, perjalanan, ataupun topik-topik lainnya yang tidak berpotensi menyakiti lawan bicara kita.

Catatan lainnya yang perlu kita perhatikan ketika bersilaturahmi adalah memahami karakter dan kondisi seseorang sebelum kita mengajukan pertanyaan ataupun berkomentar macam-macam, ada seseorang yang tidak suka dengan humor, ada juga orang yang justru tidak suka suasana terlalu serius, ada orang yang masih berkabung, ada yang sedang senang, ada orang yang energinya meledak-ledak dan lain sebagainya. maka menjadi wajib bagi setiap individu untuk menjaga frekuensi komunikasinya agar tidak melewati garis batas dari lawan bicara kita.

Lagi-lagi disampaikan jika Anda ragu apakah pertanyaan dan sikap Anda menyinggung orang lain bahkan dapat memutuskan silaturahmi, maka lebih baik diam jangan berkata macam-macam, karena sejatinya mencegah kemungkaran terjadi akan lebih baik dari pada mendapatkan keuntungan sesaat.

Mari sama-sama kita jangan rusak momen silaturahmi di Idul Fitri kali ini dengan pertanyaan-pertanyaan ataupun komentar yang menyakitkan hati.

Taqabalallahu minna waminkum.

Selamat Idulfitri.

Maaf lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun