Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Tips Melawan Ejekan Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari

15 Februari 2021   15:00 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:00 1980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang mengalami perundungan dan ejekan.| Sumber: KOMPAS.com/LAKSONO HARI W

Cung siapa di sini yang pernah menjadi objek ejekan dari karib kerabat, teman ataupun orang-orang yang baru kenal atau tidak dikenal sama sekali seperti di social media?

Di setiap pertemuan keluarga sering sekali kita disodori pertanyaan kapan kita akan menikah, sudah punya pasangankah, sudah punya anak berapa, kendaraan apa, bekerja di mana, dan lain sebagainya. 

Alih-alih karena peduli terkadang pertanyaan tersebut hanya untuk membuktikan eksistensi seseorang saja dan menjadi bahan tertawaan di tengah keluarga. 

Di lingkungan pergaulan pun tidak jauh berbeda, masih ada saja teman dekat ataupun bahkan yang tidak terlalu dekat yang suka nyinyir terhadap diri kita, terkadang ada yang menyampaikan bobot tubuh kita yang semakin bertambah, kulit kita yang semakin gelap, ataupun perkara gaji dan kehidupan sehari-hari kita. 

Syukur, jika nada bicaranya asertif dan tidak bermaksud mengejek, sebaliknya banyak yang lebih kepada menyindir dan merendahkan tidak tahu tempat dan kondisi dari lawan bicaranya.

Ilustrasi diejek oleh teman (Sumber: anxiety.org)
Ilustrasi diejek oleh teman (Sumber: anxiety.org)
Tak pelak juga ini terjadi pada pasangan kita, semisal istri dan anak-anak kita, tak jarang juga masih aja banyak orang-orang yang tidak memiliki empati serta sopan santun dalam mengomentari segala hal terkait kehidupan orang lain.

Ejekan-ejekan sosial ini dalam bentuk body shaming, merendahkan harga diri seseorang, mengecilkan pencapaian seseorang tentu perlu untuk disikapi dan direspon dengan bijak, apalagi jika disampaikan dengan nada yang tidak asertif dan cenderung menginjak-injak harga diri seseorang.

Di lain sisi kerap juga ketika direspon balik banyak yang mengatakan kita baperan, padahal hakikatnya kita membela harga diri kita, kita ingin menghentikan budaya perisakan secara "halus" yang telah membudaya ini, kita ingin membela orang-orang yang dirisak agar mereka tidak terus menjadi bulan-bulanan.

Dari pengalaman saya pribadi ada 5 tips yang bisa kita lakukan ketika menghadapi kondisi seperti ini:

Pertama, Hindari Orang-orang yang Kerap Mengejek Orang Lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun