Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan, Pak Jakob Oetama, Tanpamu Mungkin Kompasiana Tidak Akan Ada

9 September 2020   15:06 Diperbarui: 9 September 2020   15:47 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakob Oetama. Sumber: pikiran-rakyat.com

Hari ini insan pers tanah air serta Grup kompas-Gramedia termasuk juga para Kompasianers sedang berduka kehilangan salah satu pendiri Grup Kompas-Gramedia, Jakob Oetama.

Ungkapan duka cita berseliweran di lini masa baik surat kabar daring maupun media sosial atas berpulangnya Tokoh Pers Nasional ini.

Melansir Kompas.com (09/09/2020) Jakob Oetama berpulang pada hari ini 9 September 2020 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.

Jakob Oetama dikenal sebagai jurnalis dan wartawan senior yang lahir 88 tahun lalu di Magelang, Jawa Tengah tepatnya pada 27 September 1931. Sebelum menjadi jurnalis banyak yang tidak tahu bahwa  Almarhum sempat menjadi guru di  beberapa sekolah di Cipanas, Bogor dan Jakarta.

Jakob mendirikan Grup Kompas-Gramedia bersama rekannya PK Ojong. Kebersamaan mereka ini sukses membesarkan grup Kompas-Gramedia menjadi salah satu jaringan media terbesar di Indonesia. Namun, di tengah perkembangannya Jakob Oetama harus ditinggal rekan seperjuangannya PK Ojong yang meninggal pada 1980.

Sepeninggal PK Ojong, Jakob Oetama berusaha keras untuk membesarkan grup Kompas-Gramedia tidak hanya dari sisi jurnalistiknya tetapi juga dari segi bisnisnya yang semakin besar.

Selain itu juga Almarhum dikenal aktif menjadi Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN. Atas jasanya di bidang jurnalistik dia danugerahi gelar Dokrot Honoris Causa dari alamamaternya Universitas Gajah Mada serta Bintang Mahaputra Utama oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1973 sehingga almarhum berhak untuk disemayamakan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pak Jakob juga terbukti dapat bertahan dan membesarkan Kompas-Gramedia beserta dunia jurnalisme Indonesia di tengah berbagai perbedaan rezim pemerintahan serta pembatasan dari berbagai sisi dan keadaan, terbukti dengan eksistensi saluran media Almarhum yang terus lestari bahkan semakin membesar meski melalui berbagai rezim kekuasaan. Dia tidak pernah putus asa dan menyerah pada keadaan, seorang sosok yang tangguh namun juga penuh dengan komitmen akan nilai-nilai sebagai insan pers teladan.

Saya sendiri membayangkan betapa besar peran Jakob Oetama dalam dunia jurnalisme Indonesia. Bayangkan saja setiap cabang toko buku Gramedia, buku-buku yang diterbitkan Gramedia, surat kabar edisi cetak dan elektronik Kompas, laman Kompas, bahkan Jakarta Post ada andil besar Almarhum disana.

Saya juga membayangkan jika tidak ada Kompas tidak akan mungkin ada Kompasiana yang menjadi platform menulis bagi para penulis amatir dan profesional dalam membagikan pikiran dan karyanya. Menjadi media warga untuk berbagi dan saling terhubung di antara mereka. Tempat untuk belajar arti perbedaan dan keberagaman serta bertukar pandangan dalam memandang suatu masalah.

Akhirnya, kita juga tidak akan lupa sosok Almarhum dengan gaya bahasanya yang halus dan rendah hati sekaligus juga perawakan Almarhum yang berambut cukup panjang yang memutih dengan kacamata khasnya.

Selamat jalan Pak Jakob. Warisan karya dan baktimu bagi dunia jurnalistik tanah air tidak akan tergantikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun