Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Tips Jika Ada yang Berniat Berutang kepada Kita

7 Agustus 2020   08:25 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:30 1882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik/bearfotos)

Utang memang bukanlah perkara yang mudah. Pelik sepelik-peliknya jika karena utang tali persaudaraan semakin merenggang bahkan putus. Ada yang sampai berujung pertumpahan darah, tidak jarang juga sampai dipermalukan dan ditagih di media sosial.

Lebih anehnya terkadang yang diutangi merasa lebih kuasa dan sok kaya dibanding yang memberikan utang, banyak juga dari pengutang yang bahkan menunda-nunda pembayarannya hanya karena gaya hidup dan keengganan untuk membayar. 

Padahal yang demikian adalah sebuah perbuatan zalim dalam Islam. Seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Memperlambat pembayaran utang yang dilakukan oleh orang kaya merupakan perbuatan zalim. Jika salah seorang kamu dialihkan kepada orang yang mudah membayar utang, maka hendaklah beralih (diterima pengalihan tersebut)".(HR. Bukhari Muslim).

Sebenarnya bagi orang yang memiliki harta dan berkecukupan memberikan utang adalah sebuah amalan yang luar biasa bahkan dikategorikan memudahkan urusan seseorang seperti dalam nukilan hadist sebagai berikut:

"Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup 'aib seseorang, Allah pun akan menutupi 'aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya." (HR. Muslim no. 2699)

Ilustrasi. Sumber: brilio.net
Ilustrasi. Sumber: brilio.net
Namun, kita juga sering terjebak pada kondisi di mana kita sendiri dalam kondisi kekurangan sedangkan ada keluarga ataupun teman yang ingin meminjam uang. Ataupun di lain kondisi kita mengetahui bahwa orang yang ingin berutang kepada kita memiliki histori yang tidak baik dalam pelunasan utang bahkan berujung timbulnya permusuhan. 

Demi menghindari mudhorat yang lebih besar, beberapa tips berdasarkan pengalaman saya pribadi mungkin dapat menjadi solusinya:

1. Selalu tanyakan peruntukan pinjaman
Bukan bermaksud ingin mencampuri kehidupan seseorang ketika kita menanyakan peruntukan dari uang yang akan kita pinjamkan, namun lebih kepada kita perlu tahu skala prioritas dan bagaimana uang yang akan kita pinjamkan nantinya bernilai manfaat bagi orang tersebut. Jangan sampai juga uang pinjaman disalahgunakan.

Suatu waktu ada kenalan saya tiba-tiba saja menghubungi saya melalui WhatsApp. Saya juga cukup terkejut mengapa orang tersebut tiba-tiba menyapa saya. Setelah beberapa percakapan diketahui ternyata orang tersebut membutuhkan pinjaman uang sekian juta. 

Lalu, saya tanyakan untuk apa gerangan uang sebesar itu digunakan. Dia pun dengan entengnya menjawab untuk memperbaiki motornya yang rusak ringan. Yang membuat saya heran orang tersebut di media sosial saya lihat kerap mengunggah kegiatan dia berjalan-jalan ke berbagai tempat wisata bersama keluarga dengan gaya hidup yang cukup "berada". 

Saya melihat motor yang mereka pakai bukan menjadi sarana penunjang utama untuk mencari nafkah selama ini dan orang tersebut pun memiliki suami yang masih bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun