Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berkontribusi bagi Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia

2 Juli 2019   16:01 Diperbarui: 2 Juli 2019   16:12 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bank Indonesia

Jika Anda sekarang sudah menabung dan memiliki deposito di Bank ataupun memiliki saham dan turunannya, Anda sebenarnyua sudah berkontribusi pada Stabilitas Sistem Keuangan* di Indonesia.

Jika Anda sekarang sedang mencicil kendaraan bermotor ataupun kredit rumah melalui bank dengan memenuhi seluruh prasayarat dan tertib terhadap pembayarannya, Anda juga sudah turut andil dalam Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia.

Jika Anda sekarang tidak melakukan kejahatan finansial seperti memalsukan data diri ataupun penghasilan Anda hanya karena ingin mendapatkan akses kredit UMKM di lembaga perbankan, Anda juga sebenarnya sudah berpartisipasi dalam mengokohkan Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia.

Banyak dari kita mungkin bertanya, bagaimana hal-hal kecil dalam keseharian kita tadi dapat berdampak bagi stabilitas sistem keuangan di Indonesia?

Sebelum kesana, mari kita mencoba sedikit menilik ke belakang pada 2008 lalu. Pada 2008 terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang berdampak global. Krisis pada 2008 awalnya disebabkan karena kasus-kasus mortgage loan di Amerika Serikat, di Indonesia bisa dikatakan mortgage loan mirip seperti KPR. Pada periode sebelum 2008, akses dan prasyarat mortgage loan di Amerika Serikat sangat mudah dan ringan sehingga banyak dari individu-individu di sana yang melakukan aksi spekulatif seperti membeli beberapa properti sekaligus dengan keyakinan akan dapat membayarnya. 

Aksi-aksi spekulatif yang semakin marak ini berujung pada naiknya harga properti di Amerika Serikat. Namun, di sisi lain banyak pembeli properti dengan mortgage loan ini akhirnya tidak mampu membayar tagihannya seiring dengan naiknya beban hutang yang mereka harus bayar. Hal tersebut semakin membesar dan secara drastis meningkatkan rasio Non Performing Loan (NPL) lembaga perbankan pemberi kredit-kredit rumah tadi, hal tersebut layaknya seperti gelembung udara (bubble) yang sangat rapuh dan tinggal menunggu pecah (bubble burst).

Puncak rentetan masalah tadi adalah terjadinya krisis keuangan, dimana lembaga-lembaga perbankan pemberi pinjaman semakin terpuruk dikarenakan konsumennya banyak yang gagal bayar. Hal ini dikarenakan adanya karakter keterkaitan erat (interconnectedness) antara satu institusi keuangan dengan institusi keuangan lainnya, sehingga masalah pada satu institusi keuangan dapat dengan cepat berdampak pada institusi keuangan lainnya. 

Pada kasus mortgage loan, hal tersebut dalam skala dan jumlah yang besar sehingga memberi dampak signifikan pada stabilitas keuangan Amerika Serikat. Dan karena terjadi pada negara yang memiliki peran kuat dalam sistem keuangan global maka potensi penyebaran risiko (spillover) semakin besar juga terutama negara-negara yang memiliki hubungan dagang dan keterkaitan keuangan dengan Amerika Serikat.

Dari uraian di atas, kita mengetahui bersama bahwa benar aksi tiap individu jika dikumpulkan secara kolektif dapat berpengaruh besar pada aspek lainnya. Dalam kajian teoritis, kita mengenal Teori Efek Kupu-kupu (Butterfly Effect Theory) atau bisa disebut juga teori chaos yang dicetuskan oleh Edward Norton Lorenz. 

Di dalam teori tersebut dinyatakan bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan Brazil secara teoritis dapat menyebabkan adanya tornado di Texas, Amerika Serikat. Hal tersebut dikarenakan kepakan-kepakan sayap kupu-kupu tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan kecil yang memicu rangkaian besar seperti efek domino pada kondisi atmosfer bumi yang pada akhirnya dapat mengubah jalur tornado, dan mempercepat atau memperlambat datangnya tornado di tempat lain.

Perumpamaan lain adalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Semisal suatu hari kita menemukan sebuah kecelakaan truk tronton yang melintang di tengah jalan utama. Setelah ditelusuri ternyata truk tersebut terguling dikarenakan remnya blong. Hal ini menyebabkan kendaraan-kendaraan yang berada di belakangnya tidak dapat melintasi jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun