Mohon tunggu...
Adrian
Adrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Terus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Indonesia adalah Harga Mati

30 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 30 Juli 2021   09:54 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan semakin majunya era globalisasi seperti sekarang, masyarakat luas tentu mengalami banyak kemudahan dalam berkehidupan. Teknologi membawa angin segar bagi kehidupan masyarakat. Tak terkecuali di indonesia sendiri. Dengan semakin majunya fasilitas yang ada, masyarakat jadi semakin mudah berinteraksi satu sama lain, bahkan dengan orang asing pun.     Hal ini menyebabkan banyak nya budaya asing yang masuk melalui globalisasi. Tak terkecuali bahasa asing.seperti yang kita tahu, bahasa indonesia sendiri merupakan gabungan dari banyak bahasa asing. Contohnya "sejarah" yang di serap dari bahasa arab yaitu "syajaratun"yang artinya pohon.Terlepas dari itu, masyarakat indonesia sekarang sudah banyak yang menguasai bahasa asing. Seperti bahasa inggris yang kita ketahui adalah bahasa internasional. Namun, hal ini menjadi "senjata makan tuan" bagi masyarakat itu sendiri. 

Mengapa demikian? orang orang yang menguasai bahasa asing akan dianggap seperti bangsawan, rakyat kelas atas, atau orang yang berpendidikan. Ini menjadi semacam doktrin halus bagi masyarakat agar bisa menguasai bahasa asing.     Banyak orang tua yang memasukan anak mereka kedalam bimbingan belajar atau khursus bahasa asing. Ini mereka lakukan agar anak mereka tidak bisa di pandang sebelah mata. Memang bagus, tetapi dampak negatif nya tidak sampai disana. Hal ini tak terlepas dari pandangan masyarakat yang menganggap bahasa asing lebih baik dari bahasa negri kita.     Seperti yang kita ketahui, banyak terjadi kasus pelecehan bahasa indonesia di negri ini.

Sebagai contoh pada acara Minang Book Fair (MBF) 2017. MBF adalah pameran buku yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar, Yayasan Gemar Membaca Indonesia (Yagemi), dan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) di Masjid Raya Sumbar pada 24 Februari sampai dengan 5 Maret.Dalam acara tersebut, semua kegiatan dilalui dengan berbahasa inggris. Mulai dari pembukaan sampai penutupan. Memang bagus, tetapi apa salah nya menggunakan bahasa nasional kita?apakah bahasa indonesia sudah terlalu kuno?padahal dalam sumpah pemuda sudah dinyatakan:"Kami pemuda pemudi indonesia mengaku, berbahasa yang satu bahasa indonesia". Lantas mengapa bahasa negeri sendiri dipandang sebelah mata?.     Inilah hal mendasar yang harus kita perhatikan dengan serius.

Penggunaan bahasa asing yang semakin diminati dan bahasa indonesia yang makin di jauhi. Hal ini disebut Xenoglosofilia, yang artinya lebih suka menggunakan bahasa asing.Rupanya budaya ini sudah mulai merambah ke berbagai unsur kehidupan seperti pendidikan, politik, pertelevisian dan lain lain. Sebagai contoh kita bisa melihat para publik figur yang ketika di wawancarai lebih sering berbahasa inggris ketimbang bahasa ibu nya.     Tak hanya dalam penggunaan bahasa, budaya sosial asing pun sudah mulai menjadi tren di mata masyarakat. Kita bisa lihat contoh yang terjadi pada kaum muda mudi saat ini.

Sekarang sedang tren meniru gaya idola masing-masing. Seperti banyak nya orang orang yang sedang tergila gila pada K-pop, yaitu mode musik yang berasal dari korea. Hampir semua kalangan menyukai tren musik ini, bahkan mereka menganggap orang yang tidak suka K-pop adalah orang yang kurang berpendidikan.Pemikiran ini tentu salah dan berakibat fatal, apalagi tren ini sudah menjadi bagian dari kehidupan di dunia.

Terlalu membanggakan budaya asing dan merendahkan budaya sendiri merupakan ciri-ciri menyalahi kaidah Nasionalisme.     Memang, seperti yang kita ketahui jika bahasa asing terutama bahasa inggris adalah bahasa internasional yang harus bisa dikuasai, terutama dalam dunia kerja. Tetapi, bahasa indonesia lebih perlu di prioritaskan. Kita sebagai masyarakat indonesia yang telah bangga menyandang tekad para pemuda dulu hendaknya tetap memilih berbahasa dan berbudaya indonesia yang luhur.     Terlepas dari itu, peranan masyarakat yang selalu menyerukan agar berbahasa dan berbudaya indonesia adalah hal yang paling utama. karena dari masyarakat itulah bangsa ini tetap bersatu. Dari rakyat, kepada rakyat, untuk rakyat. seperti yang dikatakan oleh presiden Amerika serikat ke 16, Abraham lincoln. 

Daftar pustaka:

Haluan.com,Harian.2017."Melecehkan bahasa indonesia melalui kegiatan literasi",https://www.harianhaluan.com/news/detail/64014/melecehkan-bahasa-indonesia-melalui-kegiatan-literasi.diakses pada 8 juli 2021 pukul 19.30

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun