Beberapa minggu terakhir ini dunia pendidikan Indonesia sedikit dihebohkan dengan kebijakan baru Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, yang menghapus Ujian Nasional. Kebijakan itu langsung menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Ada banyak orang mendukung gagasan beliau, namun tak sedikit juga yang menentang. Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, termasuk orang yang menentang gagasan tersebut.
Kami tidak ingin masuk dalam perdebatan gagasan itu. Kami hanya mau mengatakan bahwa masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya sekedar menghapus UN saja. Kami akan menceritakan situasi sekolah di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
Di Kepulauan Lingga ada satu pulau bernama Pulon (biasa disebut juga Pulun). Di pulau ini hanya ada 1 RT saja. Secara administrasi, ia masuk Desa Mentuda, yang berada di Daratan Lingga. Di pulau ini hanya ada satu sekolah, yaitu SD (Sekolah Dasar).
Berikut ini data siswa dan gurunya: kelas 1 ada 6 siswa, kelas 2 ada 2 siswa, kelas 3 ada 4 siswa, kelas 4 ada 4 siswa, kelas 5 ada 3 siswa dan kelas 6 hanya ada 1 siswa. Gurunya ada 4 orang, termasuk kepala sekolah. Tidak semua guru tinggal di Pulun.
Berdasarkan informasi yang kami dapat, baik dari siswa, mantan siswa maupun orangtua, proses belajar mengajar tidak berjalan efektif. Kadang guru tidak datang. Seandainya pun datang, biasanya terlambat (sekitar jam 09.00). situasi seperti itu membuat anak-anak lebih sering bermain daripada belajar. Karena itu, wajar bila hampir semua anak tidak bisa membaca hingga kelas 5; jikalau pun bisa pasti agak belepotan.Â
Dapat dipastikan bahwa situasi seperti ini dapat juga ditemui di beberapa tempat lain lagi di Kepulauan Lingga. Dengan situasi seperti ini tentulah sangat sulit untuk mewujudkan gagasan Menteri Pendidikan, sekalipun gagasan itu baik. Oleh karena itu, persoalan pendidikan seperti yang kami paparkan ini hendaknya menjadi perhatian juga bagi Pak Menteri.