Mohon tunggu...
Adrian Susanto
Adrian Susanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku menulis, aku ada

pekerjaan swasta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah Alasan Rusuh 21-22 Mei

24 Mei 2019   09:44 Diperbarui: 24 Mei 2019   10:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setelah melalui proses rekapitulasi yang panjang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya mengumumkan hasil pemilu pada Senin pagi, 21 Mei, satu hari lebih awal. Pengumuman lebih awal ini menimbulkan banyak tanda tanya di banyak kalangan, termasuk TV ONE. 

Padahal tidak ada yang aneh dengan pemajuan jadwal pengumuman itu, karena hasil rekapitulasi sudah selesai, dan undang-undang juga sudah mengaturnya.

Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah kenapa pasca pengumuman KPU itu terjadi demo menentang. Sejak hari Senin dan semakin memanas pada hari Selasa, banyak orang melakukan aksi demo di depan KPU dan BAWASLU. Demo berujung pada kericuhan. Ada asrama yang dirusak dan dua bus Brimob dibakar. Tak terhitung jumlah fasilitas umum yang rusak.

Inti dari demo tersebut adalah ketidak-puasan terhadap hasil pemilu yang diumumkan KPU. Sudah dapat dipastikan bahwa yang melakukan aksi demonstrasi itu adalah para pendukung pasangan 02, Prabowo dan Sandi, yang oleh Andi Arief diistilahkan dengan kaum "sumbu pendek". 

Apakah mereka ada di Badan Pemenangan Nasional (BPN) atau tidak, yang jelas mereka ingin pasangan Prabowo dan Sandi jadi presiden dan wakil presiden. Mereka mau yang menang adalah jagoannya.

Kenapa mereka begitu yakin akan hal itu?

Pertama, keyakinan akan kekuatan doa. Para pendemo, yang kebanyakan umat islam, yakin bahwa Allah SWT ada di pihak mereka. Dasar keyakinan itu ada pada kemenangan pilkada DKI. Mereka telah berdoa, berdzikir dan juga sholat berjamaah; dan akhirnya jagoan mereka menang. 

Karena itu, kemenangan itu dilihat sebagai pengabulan doa mereka oleh Allah SWT. Dengan dasar inilah, ketika pilpres mereka mengulangi cara yang sama, dan mereka yakin Allah SWT pasti mengabulkan doa mereka. 

Apalagi doa seorang kyai sepuh secara langsung menyebut nama Prabowo, padahal saat itu Jokowi yang sedang minta didoakan. Mereka melihat bahwa Allah SWT menghendaki Prabowo -- Sandi yang memimpin negara ini, namun ada tangan manusia yang mengubahnya. Hal ini sama seperti dengan hasil rekapitulasi pilpres; Allah SWT mau pasangan 02 menang, tapi KPU mengubahnya.

Kedua, pengumuman kemenangan Prabowo. Sehari setelah pemilu, Prabowo mengumumkan kemenangan sekitar 62%, sekalipun hasil quick count sejumlah lembaga survey memenangkan pasangan 01, Jokowi -- Amin, pada angka 54% -- 45%. Pengumuman kemenangan oleh Prabowo ini dilihat sebagai jawaban Allah SWT atas doa-doa yang dipanjatkan para pendukung. Karena itu, para pendukung pasangan 02 semakin yakin Allah SWT ada di pihak mereka; tak mungkin Allah mengkhianati umat-Nya. 

Hal inilah yang menjadi pegangan mereka: Allah SWT memang menghendaki Prabowo -- Sandi memimpin negeri ini. Jika hal itu tidak terjadi, pastilah ada tangan-tangan manusia yang berusaha mengubahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun