Mohon tunggu...
Farida Chandra
Farida Chandra Mohon Tunggu... -

praktisi, pemerhati hukum ketenagakerjaan budidaya ikan lele dan pisang kepok pelestari dan usaha batik tulis madura

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan Ini Terasa Sangat Menyedihkan… (2)

16 Desember 2014   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surabaya – Merak, sekitar 900 kilo telah terlewati. Horeeee… Matur nuwun, paringi selamet, Gusti!

Lanjut perjalanan, tunggu kapal di Pelabuhan Merak. Tidak seperti di Pelabuhan Ketapang yang sepi asongan dan anak-anak “perenang”, di sini Anda akan terus ditawari oleh penjual asongan dan “dikuntit” terus oleh anak-anak “perenang” itu. “Ayolah Oom, kasih lempar (ke laut) 5 ribu, nanti Oom bisa foto saya loncat dan ambil uang itu…” Wajahnya memelas, ya sudahlah. In action, byuuurrr…mereka berebut uang lemparan itu.

Setelah 3 jam waktu penyeberangan, masuklah wilayah Provinsi Lampung. Tidak ada periksa KTP atau STNK juga seperti di Pelabuhan Ketapang. Alangkah amannya jika dilakukan standarisasi seperti bandar udara, pakai X-ray juga.Kendaraan curian tidak akan lolos, buronan pun akan tertangkap. Narkoba pun stop sampai di situ. Mengapa oh mengapa tidak ada saringannya?

Tugu Selamat Datang di Provinsi Lampung atau sekedar papan reklame besar pun nampak hanya berupa papan kosong tanpa iklan. Hmm…setidaknya, gambar “Welcome to Way Kambas” sebagai identitas daerah. Oh, mobil melaju dengan sangat lambat. Puluhan truk hanya bisa merayap 20KM dengan jalan satu arah ke utara dan satu arah ke selatan adalah ujian kesabaran yang top markotop! Jarak BakauheniKalianda – Bandar Lampung cukup dekat tapi ya begitulah, butuh waktu setidaknya 2 jam lebih juga untuk sampai di hotel.

Tak jauh dari sana nampak SPBU AKR, yang hanya jual BBM bersubsidi. Tampilan SPBU warna biru cukup asing di mata saya, setidaknya belum pernah saya lihat sepanjang pantura Jatim-Jateng.

Dari Lampung arah Sumatera Selatan, kami lewati Kota Menggala. Antara peta dan GPS rada ga match sehingga saya malah “kesasar” jalan masuk menuju perkampungan lama. Ya, hitung-hitung dapat pengetahuan sih! Betapa di masa lalu sarana transportasi sungai sangat penting untuk jalur perdagangan. Sayangnya sekarang sudah non-aktif dan tidak dipertimbangkan lagi sebagai sarana transportasi anti-macet.

Arah ke Tulang Bawang – Banjar Agung, pemandangan yang cukup menyegarkan jiwa. Nampak cukup banyak pura tempat peribadatan umat Hindu tapi dengan corak khas unik yang beda dengan di Bali. Setelah sebelumnya pemandangan cukup bikin mata jenuh. Jalanan lumayan mulus tapi banyak pengemudi motor tanpa plat nopol dan tanpa helm. Ada beberapa razia petugas, tolong lebih tegas! Sebab keamanan di jalan bukan hanya untuk mereka tapi juga untuk kami.

Setelahnya, masuk jalan Raya Penawar. Wow! Offroad alias grunjalan, dangdutan. Hingga masuk Simpang Pematang Mesuji. Tanpa lampu PJU pula. Lalu mulai masuk Sumsel, banyak jalan tambalan di Surya Adi – Mesuji – OKI hingga pembangunan irigasi Lempuing. Semoga proses pembangunan bisa dipercepat ya…

Masuk Kayuangung, jalanan antara mulus ga mulus dah! Apalagi masuk Jalan Raya Srinanti hingga Jalan Timbangan KM 32 Indralayaampuuunnn…rusak berat, boss!

Wew…akhirnya masuk Kota Palembang. Disambut dengan traffict light mati. Antrian ratusan truck di depan Stasiun Kertapati. Malam-malam gelap-gelapan. Siapa yang harus mengatur semua ini? Entahlah. Yang pasti, meski cuma numpang lewat, siapkan energi dan waktu untuk jalan-jalan via darat antara Lampung-Sumsel harus luar biasa ekstra hati-hati, ekstra kuat. Yang ga kuat, bawa obat anti mabok ya…

Dah capek, nginap dulu di Kota Palembang (bersambung)

Sumber sebelumnya : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/12/13/perjalanan-ini-terasa-sangat-menyedihkan-1-696805.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun