Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar dari Kasus Turis yang Digigit Komodo

7 Mei 2017   12:04 Diperbarui: 7 Mei 2017   12:58 2610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Pengalaman kedua kali ke pulau Rinca.

Baru-baru ini dunia wisata Indonesia dikejutkan kejadian turis dari Singapura di gigit seekor Komodo (Komodo Variensis). Kejadian jauh dari Jakarta, di Kampung Komodo, berkat akses internet begitu cepat bergema. Bahkan tidak mustahil bergaung ke dunia wisata internasional.

Muncul komentar, “wah ngeri ya bisa sampai di gigit”. Komentar yang saling sambung menyambung berdampak ketakutan. Bagi yang berminat ke sana mikir panjang lagi. “ah jangan-jangan gue disantap komodo”.

Musibah kah?

Pastinya jika pihak Taman Nasional Komodo (TNK) tidak segera merespon, sedikit banyak akan mencoreng image pariwisata setempat. Seakan-akan sangat berbahaya. Padahal sedang menggebu-gebunya promosi ke Labuanbajo. Apalagi mulai terlihat angka kenaikan turis lokal berkunjung kesana. Sebelumnya lebih banyak turis asing.

Merunut berita yang di terima. Seorang turis tadi yang adalah fotografer, suatu hari didampingi ranger (guide) setempat berjalan di sekitar Kampung Komodo. Kampung Komodo ini adalah salah satu pulau termasuk wilayah TNK yang dihuni sekitar 1000 warga. Di pulau ini juga hidup sejumlah Komodo. Selain bisa kita lihat di Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Hidup bersama Komodo bagi warga Kampung Komodo adalah hal yang biasa. Melihat latar belakang ada ikatan batin antara warga dengan Komodo. Bukan tidak menyadari bahayanya Komodo sebagai binatang liar, tapi warga tidak menganggap Komodo sebagai ancaman apalagi musuh.

Turis tadi, yang di dampingi ranger setempat, melihat ada kambing di buntuti seekor Komodo lalu di gigit. Biasanya korban tidak langsung meninggal. Butuh 3 hari sekitar 60 bakteri di air liur Komodo membuat korbannya lemas. Selama proses pelemasan tadi si komodo dengan sabar mengikuti kemana korbannya melangkah. Tiba saatnya korban tidak berdaya, maka saatnya si komodo makan besar.

Dokumen pribadi. Jalur trekking di Pulau Komodo yang harus di ikut-i setiap turis.
Dokumen pribadi. Jalur trekking di Pulau Komodo yang harus di ikut-i setiap turis.
Gerak-gerik komodo ini sudah di pahami betul oleh si turis. Sebagai fotografer ia ingin mendapatkan foto eksklusif, yaitu saat Komodo dengan liar menyantap korbannya. Maka turis pun juga mengikuti pergerakan si korban.

Keesokannya, 2 hari kemudian versi lain, si turis seorang diri tanpa didampingi ranger mencari kambing tadi. Ia sudah paham pasti yang menyantap bukan satu dua komodo. Momen inilah yang ditunggu si turis tadi.

Saat asyik, fokus, melakukan pemotretan, si turis tadi tidak waspada di sekelilingnya. Rupanya ada satu komodo yang “naksir” dengan gerak-gerik turis lalu kaki-nya di gigit. Maka terjadilah!

Untungnya si turis tadi masih bisa berteriak dan didengar warga. Segera dilakukan pertolongan pertama. Tindakan selanjutnya dibawa ke rumah sakit Siloam di Labuanbajo. Jika menggunakan speed boat butuh kurang lebih 1.5 jam dari Kampung Komodo ke Siloam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun