Namun dengan berjalannya waktu, mulai ada kekhawatiran, rasa was-was dan antisipasi muncul dari sejumlah realita di bawah ini:Â
1. Meski murah angsuran, tak semua debitur sadar tanggung jawab
Karena menganggap kredit handphone, TV, lemari es dan laptop tak sesulit kayak kredit motor, mobil, atau rumah. Maka, tak sedikit warga lalai bahkan mengabaikan.Â
Bahkan saya pernah menulis di Kompasiana juga seorang nasabah di kantor nunggak angsuran handphoneyang cuma dua ratusan ribu selama sekian tahun. Pas butuh pembersihan nama di sistem, baru muncul di kantor.Â
2. Tak ada jaminan yang ditinggalkan di perusahaan pembiayaan
Bika kredit kendaraan atau dana multiguna, jaminan bisa BPKB, sertifikat, atau yang lain. Namun bila kredit produk barang-barang seperti elektronik atau perabotan rumah tangga, hampir tak ada benda atau dokumen berharga yang bikin nasabahnya tetap terikat.Â
Ini salah satu alasan mengapa banyak dari mereka yang kredit malah menghilang dan lenyap. Pada saat kena BI checking, baru nongol minta bantuan.Â
3. Sulit menarik kembali atau sukar menjual barang seken
Tak seperti mobil, motor, atau rumah, probabilitas unit tarikan atau unit sitaan di atas 50 persen. Andai dilelang, produk elektronik atau perabotan rumah tangga tidaklah demikian. Masyarakat tak banyak yang mau beli lemari es bekas, TV bekas pakai, termasuk handphone atau laptop bekas.Â
Bila tunggakan tak terbayar, sulit juga menarik kembali. Selain harus menyiapkan gudang atau ruang, kondisi barang pada saat ditarik juga menentukan, meski diserahkan oleh nasabah.Â
4. Mudah rusak karena salah pemakaian atau faktor lain