Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Kita Sering Membandingkan Hidup dengan Orang Lain

1 Juli 2021   19:19 Diperbarui: 2 Juli 2021   01:00 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membandikan hidup dengan kehidupan orang lain (Sumber: www.prima.co.uk)

1. Konsep Rumput Tetangga Lebih Hijau
Kita melihat halaman rumah kita ada rumput namun, tak sehijau rumah sebelah.

Kita lalu berpikir, andai saja hijaunya seperti punya tetangga, hidup saya akan lebih nyaman karena pemandangannya jadi hijau semua. 

Kita lalu berusaha tanam yang lebih hijau dari milik tetangga mulai dari mengeluarkan uang untuk modal, tapi ngga hijau juga, malah bikin stres. Kita kecewa lalu berasumsi, "nasib dia lebih baik daripada saya". 

Ternyata, tanpa kita ketahui, rumput sebelah adalah rumput imitasi demi menyamarkan pemandangan. Dan pemiliknya tak bertujuan agar hijau itu mengintimidasi rumah di kiri kanannya. 

Dia malah iri dengan rumah sebelah yang sudah jadi 2 lantai selagi dia masih susah ngumpulin modal untuk renovasi rumah lantai 1.

Jadi stop dah halusinasi sama kehidupan orang lain tanpa tahu dalamnya kayak apa. 

2. Kuasa di Balik Mengucap Syukur, tapi Tetap Berusaha Mengejar Mimpi
Media sosial dijejali setiap hari. Beraneka tayangan hadir mengganggu mata dan hati lewat unggahan kehidupan orang lain, yang kadang membuat kita berpikir, "mengapa hidup saya tak seberuntung mereka?" 

Alih-alih mengucap syukur dan berterima kasih atas kehidupan dan apa yang dipunyai, kita malah abai atas semua kecukupan. 

Lalu menyalahkan Tuhan, menyalahkan latar belakang keluarga, menyalahkan masa lalu, menyalahkan pasangan karena tak sekaya dan sepopuler yang lain bahkan menyalahkan diri sendiri. 

Orang stres bukan karena dari luar, tapi karena peperangan di dalam jiwanya sendiri. Hati-hati, bisa sakit jiwa beneran lho.

Daripada mengeluh dengan hidup, yuk mari bersyukur masih bisa hidup sambil tetap berikhtiar mengejar mimpi untuk hidup lebih bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun