Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Seorang Pegawai BUMN Terlibat Bom Makassar, Bagaimana HRD Mendeteksi Pegawai "Terpapar"?

19 April 2021   15:34 Diperbarui: 19 April 2021   22:25 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini isu dan persoalan penting bagi Divisi HRD atau bagian kepegawaian yang menangani pengelolaan sumber daya manusia. Mengapa bisa ada terciduk pelaku dari internal, bisa jadi karena proses know your staff ato sederhananya kenal lebih dalam karyawanmu, tidak diterapkan maksimal.

Proses perekrutan pegawai hanya dari tes interview, dilanjut tes psikotest, dilanjut tes kesehatan, apakah bisa mendeteksi bibit terorisme di dalam otak dan nurani seseorang hanya dari sejumlah tes -tes ini? Rasanya tidak. 

Pertama, karena pertanyaan dalam sesi wawancara lebih banyak hanya menyoal soal kapabilitas calon. Kedua, tes psikotes lebih banyak menyangkut intelegensi dan kemampuan serta kecepatan calon memecahkan masalah. 

Ketiga, tes kesehatan apalagi. Yang mudah terhasut dan yang masih polos, sama -sama bisa punya catatan kesehatan yang baik. 

Lalu setelah ketrima, masih ada lagi ngga tes untuk mengantisipasi potensi keterlibatan karyawan ke arah itu, rasa-rasanya tak ada. 

Sembari bekerja, dan mengenakan seragam perusahaan pun, karyawan yang terpapar paham terorisme seperti kebanyakkan pegawai yang menjunjung tinggi nilai-nilai di dalam intitusi, meski radar dan mindset nya sudah pelan-pelan disusupi. 

Jadi membaca isu soal keterlibatan pegawai BUMN hingga sedemikian dalam, rasanya miris aja. Lha tes masuk di hampir semua perusahaan dan institusi saja masih cenderung seperti itu, bagaimana bisa know your staff lebih dalam. 

Dan catatan pentingnya adalah, itu baru yang ketahuan. Yang belum ketahuan mungkin rasanya jauh lebih banyak namun belum terungkap. Atau bisa bisa jadi makin berhati -hati. 

Yang bikin heran itu, para pelaku ini yang notabene pegawai yang dihidupi oleh negara, tapi kok berniat demikian terhadap negara? Mereka dibayar untuk bekerja bagi negara  atau bagi paham yang dianutnya? 

Semoga akal sehat yang baik datang....sehingga mencegah dari niat yang merusak. 

Salam

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun