Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pendidikan Perempuan dan Realitas Ayam Kampus, Sugar Baby, dan Sugar Daddy

4 April 2021   18:53 Diperbarui: 5 April 2021   14:01 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hmm...ternyata mau kota besar ato kota kecil, kampus besar ato kampus kecil, bahkan di pulau dan daerah yang dikonotasikan berbau spritual pun, bisa ada  fenomena yang sama. 

Negara, pemerintah, yayasan, LSM dan komunitas peduli perempuan, berjuang menindak trafficking dan perdagangan wanita dan mendukung pendidikan perempuan. 

Namun ironisnya di sisi lain, tak sedikit wanita muda melakukan istilahnya 'trafficking halus' dengan kesadaran dan inisiatif sendiri. 

Luar biasanya mereka tetap menjaga nama baik sebagai kaum terdidik berbau milennial, namun di sisi lain,curi - curi peluang dari kerja sambilan tersebut. Rahasia dan bisa dilakukan di mana saja.  

"Pada akhirnya kan sama-sama gantung toga juga Om, " demikian pembelaan salah satu dari mereka dalam sebuah ajakan ngobrol. 

Menurut mereka, daripada keperawanan diberikan pada sang  pacar, yang tak dapat memberi lebih, lebih baik diberikan pada para Sugar Daddy dengan imbalan materi dan imbalan lain. 

"Hari gini, masihkah wanita muda dipertanyakan keperawannanya? Yang lain juga sudah tidur dengan orang lain dan kita tak pernah tau," ujarnya sembari membari melempar pertanyaan itu kepada saya. 

Bagi mereka poin plus dari sambilan seperti itu adalah setelah tamat, dengan ijazah universitas dan kedekatan yang sudah terjalin dengan para Sugar Daddy, mereka punya kemudahan dan pintu masuk tuk bekerja di kantor Sugar Daddy ato rekanannya.    

"Ngga takut sakit (penyakit kelamin, HIV) ?" tanya saya ingin tahu. Kali -kali aja pertanyaan ini menyadarkan mereka.

"Kan cuma satu orang...Om itu  aja ngga ada yang lain. Pillih -pilihlah Kak, mana yang terawat dan gudang uang,"kilahnya sambil tertawa. 

Hmm...saya cuman geleng geleng kepala.

Dalam hati miris, tapi ya sudahlah...

Emansipasi yang digalakkan RA Kartini lewat bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang, bisa jadi tak semuanya kini terang benderang, tapi menyisakan sisi kegelapan lain yang tersembunyi dalam terang sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun