Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Warung "Suka-Suka" dan 4 Sisi Keunikannya

12 September 2020   15:04 Diperbarui: 13 September 2020   06:01 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warung suka-suka (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Lapak jualannya pun bisa di tepi jalan, atau masuk ke dalam gang dekat kompleks perumahan. Dan dari hasil pengamatan saya, akhirnya saya menemukan 4 keunikan dari warung suka-suka tersebut.

1. Layanan buka tutup, tergantung "orang dalam", bisa buka hari ini dan dua hari lagi bisa jadi tutup
Karena dikelola langsung oleh pemilik dan keluarganya (anak, cucu, keponakan) dalam satu rumah, maka buka tutupnya warung tergantung kondisi orang dalam. Misal bila suatu saat sang orangtua sedang sakit dan si anak sedang kuliah atau sekolah, bisa jadi warung tutup dan tak ada yang melayani pelanggan. 

Termasuk bila pengelolanya sedang liburan keluar kota atau mengunjungi anaknya di luar pulau. Bahkan kadang konflik internal di dalam rumah tangga, bisa berimbas warung ditutup sementara waktu, sembari menunggu gencatan senjata dan agenda perdamaian...hehe. Bila sudah demikian, dipahami aja ya:)

2. Lokasi usaha langsung di rumah sendiri atau area halaman depan rumah yang sudah dimodifikasi
Ini adalah salah satu ciri, kenapa dinamakan warung suka-suka. Lha wong tak ada biaya sewa kontrak tempat bulanan atau tahunan. Pelataran tempat tinggal dapat saja jadi lahan bisnis, desain membentuk interior dan tampilan dapat menyesuaikan selera dan kreativitas keluarga. Bahkan tak jarang terdapat foto keluarga yang dipajang di dinding. 

3. Menu makanan atau minuman, cenderung mutar-mutar di situ saja dan tak banyak pilihan
Seperti kisah warung di depan kantor saya itu. Saya kadang kepikiran, apakah pengelolanya cuman tahu menu-menu itu saja? 

Apa karena harga makanan dan minumannya yang ditawarkan relatif murah, sehingga tak banyak improvisasi menu dan tambahannya? Atau sebenarnya sudah memodifikasi menu, namun ternyata tidak cocok dengan lidah pelanggan?

Mungkin karena menu rumahan, bisa jadi apa yang dijual menyesuaikan dengan menu makan pemilik rumah alias sekalian masak buat orang rumah juga...haha. Semoga itu praduga yang bersalah ya :)

4. Ada kedekatan emosional dengan pelanggan, tak seperti di warung modern
Ini sisi menarik lain, mengapa Si Bunda bisa begitu asyik ngobrol apa saja dengan saya di warung depan kantor, bisa jadi karena ada kedekatan dengan saya dan teman-teman.

Pernah belanja di warung jus atau warung makan di kompleks yang masih satu perumahan dengan Anda? Sudah pasti sang pemilik dan pembeli saling kenal karena tetanggaan. 

Satu RT atau satu RW, membuat guyonan dan obrolan makin ringan dan lama, bahkan setelah pesanan di bungkus. Bahkan bisa jadi ajang curhat sesama ibu-ibu atau ajang ngomong soal politik sesama bapak-bapak. Manfaat lain dari kedekatan sosial ini, kemungkinan bisa dapat harga diskon besar atau harganya tetap sama cuma porsinya dibanyakin. 

Hehe...tetangga emang gitu. Asal jangan jadi ajang gosip. Bisa saingan sama Bu Tejo:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun