Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dulu Buku Harian Digembok Rapat, Kini "Kisah Harian" Diumbar Terbuka di Media Sosial

1 Agustus 2020   21:16 Diperbarui: 4 Agustus 2020   13:51 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku harian, jadi tempat curhat andalan generasi dulu| Sumber:pixabay.com/4956365-4956365

Dan kini, estafet buku harian pun beralih. Tak ada lagi yang digembok rapat. Tak ada lagi yang namanya rahasia pribadi. Eranya sudah beda. Generasi sudah berganti. 

Ketika Ignatius Rosoinaya Penyami alias Om Saykoji mempopulerkan lagu Online pada 11 tahun yang lalu, bisa jadi itu adalah ramalan kegemaran generasi X, generasi Y, generasi Z dan sebagian generasi Baby Boomers dan generasi Alpha di masa kini. 

Siang malam ku selalu
Menatap layar terpaku
Untuk online online
Online online

Tidur telat bangun pagi pagi
Nyalain komputer online lagi
Bukan mau ngetik kerjaan
E-mail tugas diserahkan 

Beraneka ragam media sosial, mulai dari Twitter, Facebook, Instagram, YouTube, hingga WhatsApp, telah menjadi menyita kehidupan generasi ini. Didukung teknologi. 

Demi eksistensi dan kebutuhan sosial. Entah untuk kebaikan atau keburukan, semua jadi satu. Tumpah ruah memenuhi lembar demi lembar. Halaman demi halaman. Dari yang remeh temeh, sampai rahasia pribadi. Semua diumbar. Terbuka dan tanpa gembok. 

Apakah generasi sekarang menerapkan secara tersirat lirik-lirik pada lagu kisah harian jadul itu. Bisa iya bisa tidak. Namun coba perhatikan kata-kata dalam bait terakhirnya.

Sewaktu ada di puncak gunung kesuksesan, ketika segala sesuatu dalam hidup serasa begitu nikmat, tak lengkap bila tak mengeksposnya di media sosial agar dilihat, di-like dan dikomen pengguna lain. 

Namun di saat yang bersamaan, bila hidup berada dalam kegelapan dan kesulitan dan tak ada lagi sinar harapan, itu pula dicurahkan semuanya dalam lembar demi lembar di media sosialnya. Entah untuk menyuarakan kesedihan ataukah meminta simpati dari orang lain.

Dan tanpa sadar, meski tak lagi dikunci rapat, dari media sosial kita dapat belajar soal arti hidup dan kehidupan. Hmm...

Di atas puncak pegunungan
Di antara hijau dedaunan
Di situ telah kutemukan
Arti hidup dan kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun