Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cukup Kopi Saja yang Pahit, Hatimu Jangan

28 Juni 2020   19:13 Diperbarui: 28 Juni 2020   19:45 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emang hati bisa pahit??

Coba deh terawang sendiri..hehe

Suatu saat, mungkin tanpa sengaja saat menyantap ikan, ada serpihan empedu ikan (terkadang) di ikan goreng, menempel di sebagian daging hewan berair itu. 

Seenak apapun dagingnya, akan terasa pahit kala berada di mulut, meski cuma secuil. Fungsi lidah sebagai indra pengecap , secara otomatis akan menolak. Responnya cuma dua : orang yang mengunyahnya itu akan terus memakannya (meski dengan ekspresi wajah menahan pahit), atau memuntahkannya keluar dari mulut. 

Sayangnya, lebih banyak yang memilih pilihan terakhir. Manusia itu, rata -rata trauma sama yang namanya pahit. Obat pahit banyak  dihindari, meski tujuannya tuk kesembuhan. Makanan yang berasal dari bahan yang pahit, misalnya sayur pare atau daun papaya, sebagian orang mesti meramu sedemikian rupa agar rasa dan aroma pahitnya hilang. 

Nah , kalo ada orang yang hatinya pahit, apa ramuan dan terapinya kakak? Eitss...jangan tanyakan dulu penanganannya kayak mana sebelum dipastikan orang tersebut positif pahit apa nggak hatinya. Diterapiin tau -taunya, jangankan PDP, OTG   aja ngga. Maksudnya, hampir sebelas dua belas dengan istiilah penamaan penderita Corona itu, secara tak sadar kadang kita berinteraksi dekat dengan mereka yang hatinnya pahit. Bisa jadi tak hanya mereka, tapi kita sendiri, ya Anda atau saya, salah satunya positif pahit, meski tanpa gejala. 

Kok bisa? Iya bisalah. Setiap manusia punya hati. Maksudnya bukan organ hati alias liver yang fungsinya vital di dalam tubuh. Tapi hati yang berdasarkan KBBI,  adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya). 

Ada makna tempat di situ, berarti ada 'sesuatu' yang diletakkan atau disimpan oleh seseorang sepanjang hidupnya. Mulai dari lahir, tumbuh membesar dari anak-anak hingga dewasa, hingga menikah atau boleh jadi tidak menikah (karena ada sebagian orang memilih tetap menjadi single sepanjang umurnya). 

Kita (mungkin) sepakat, bahwa siapapun kita hari ini, apa adanya kita saat ini, adalah hasil dari 'kombinasi' latar belakang keluarga, kehidupan tumbuh kembang dimasa  anak -anak hingga masa remaja, lingkungan dimana kita dibesarkan, keputusan akan menjadi apa dan mau bekerja dimana, sampai kepada pilihan pasangan hidup dan kelak akan menghabiskan hidup di mana. 

Dominan dipengaruhi trauma keluarga dan hubungan pribadi 

Dari faktor -faktor di atas, yang paling dominan membentuk hati seseorang adalah latar belakang keluarga dan lingkungan sosial (hubungan pribadi). Ini mungkin asumsi saya,Mengapa? karena nilai dan persepsi seseorang terhadap dirinya dan orang lain, diperoleh pertama kali dari nilai -nilai dan pengalaman tumbuh kembang di dalam keluarga. 

Tanyakan saja sebagian orang, apa pengalaman masa kecil paling berharga. Hampir semua akan menceritakan soal hubungan dan kenangannya terhadap orang tua (ibu, bapak, saudara, dan keluarga besar lainnya). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun