Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Zaman Sudah Paperless, Mengapa Masih Baca Koran Lokal?

14 Februari 2020   20:32 Diperbarui: 16 Februari 2020   13:36 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:ilustrasi kompas_handining_

Koran (berasal dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Prancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik....(wikipedia)

Setiap kali bepergian ke suatu satu kota atau satu kabupaten yang belum pernah didatangi, saya selalu berusaha untuk mendapatkan sebuah koran lokal terbitan daerah. Cara mendapatkan bisa dengan membeli atau memesan pada rekan kerja, teman atau keluarga yang kebetulan berdomisili di situ. 

Bagi saya, itulah 'oleh-oleh' yang sebenarnya hasil berkunjung ke sana. Lebih beryukur lagi bila menggunakan transportasi pesawat. Beberapa maskapai memang menyediakan secara gratis bagi penumpang sebagai bahan bacaan di dalam kabin.

Teringat di tahun 2005 silam, dalam suatu tugas pekerjaan ke Kota Palu, saya berburu koran lokal. Kala itu bila tidak salah, hanya satu hotel terbesar di Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah.

Namanya Palu Golden Hotel atau biasanya di singkat PGH. Kepada petugas hotel, saya meminta tolong untuk mencarikan koran lokal, meski hanya dua malam menginap di sana. Puji Tuhan, sampai terbang kembali ke Makasar dari Bandara Mutiara, tidak sempat mencicipi korannya#Hehe#

Keinginan yang sama muncul lagi bila mendapat kesempatan pergi ke kota lain. Empat tahun lalu ke Papua. Dalam penerbangan dari Mataram ke Jayapura, awak kabin membagikan koran lokal Radar Timika saat  pesawat transit di bandara Mozes Kilangin. Pulangnya mendapatkan lagi koran Cenderawasih Pos atau biasanya masyarakat di kota yang di jaman penjajahan Belanda dulu dikenal dengan nama Hollandia itu menyingkatnya dengan nama koran cepos. Termasuk koran lawas yang awet karena seingat saya, sejak saya masih usia sekolah dasar di sana,koran ini sudah terbit.

sumber:cepos
sumber:cepos
Tiga tahun terakhir, perjalanan ke luar daerah berkaitan dengan pekerjaan lebih sering dilaksanakan di Jakarta atau di Surabaya. Sudah ada koran nasional di dua ibukota propinsi itu. 

Mencari koran lokal dari kabupaten, mungkin rasanya sulit menemukan penjualnya di ibukota. Misalnya koran Banyuwangi di Surabaya. Lebih mudah mendapatkannya bila bertandang langsung ke kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu.

Untuk wilayah NTB, hampir semua informasi di kota dan kabupatennya sudah bisa dibaca dari surat kabar lokal yang beredar di Sumbawa. Begitu juga dengan di Bali. 

Bila bepergian atau berwisata ke kabupaten lain, untuk koran lokal di kabupaten tersebut biasanya adalah koran yang juga beredar di Denpasar dengan komposisi halaman yang sedikit berbeda. Salah satunya adalah Bali Post yang tergolong koran lama tapi terus bertahan hingga kini. 

Sudah Jaman Paperless, Kok Masih Baca Koran Cetak Lokal?
Bila pertanyaan itu ditanyakan pada saya, jawabannya beda aja. Baca di media cetak sama media online memang berbeda. Di koran online andalkan kecepatan informasi, di koran cetak mengedepankan informasi yang menyeluruh. 

Ulasan pandangan dan analisa dari beberapa sisi, termasuk wawancara dengan para pakar atau ahli yang berkompeten. Disajikan dalam satu tampilan halaman di surat kabar lokal. Hal yang mungkin agak jarang ditemukan dalam media online.

Di jaman digital seperti sekarang, informasi via media online sifatnya bisa easy come easy go. Hari ini situs beritanya ada, sumber beritanya jelas namun tidak menjamin dikemudian hari masih ada. Lagi pula tak semua media online legalitasnya sama seperti media cetak. Memanfaatkan kemudahan dan kecepatan akses, apa saja bisa diberitakan, tanpa filter dan tanpa mengedepankan dua sisi.

Padahal fungsi utama surat kabar adalah to inform alias meyampaikan informasi secepat-cepatnya dan seluas-luasnya kepada masyarakat dengan memenuhi kaidah informasi yang : akurat, faktual, menarik, benar, lengkap, utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis. Dengan syarat demikian,menjadi pertanyaan apakah bisa terwakili oleh media online. 

Fungsi pers yang seharusnya mencerahkan menjadi kebablasan dengan informasi yang menghasut. Belum lagi ruang publik di media online bagi komentar pembaca. Siapapun bisa berkomentar apa adanya meski dengan akun abal-abal. Tidak pandang jenis kelamin, tingkat pendidikan, strata sosial dan acuan tertentu sebagai standar. Di satu sisi baik karena menjemput respon dari bawah, tapi di sisi lain malah bisa seperti ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Bukannya mengembang dengan baik namun merusak konten informasi itu dan menyebarkan hoax. 

Adalah baik bila awak media online iitu memblokir atau menerapkan filter terhadap comments atau opini pembaca. Namun bila tujuan media yang berseberangan itu sejalan dengan respon yang diharapkan, apa jadinya dengan dampaknya di masyarakat.

Apalagi di sepuluh tahun terakhir, sejalan dengan perkembangan internet dan meleknya masyarakat terhadap informasi publik,maka siapapun bisa mengakses, menayangkan informasi bahkan berkomentar sesukanya, terlepas dari materi yang diupload itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Mulut memang bisa dijaga,tapi jari, jempol dan otak, siapa yang bisa mengontrolnya. 

Keunikan lain 

Pada era yang seperti inilah,masih dibutuhkan koran cetak lokal di daerah. Mengapa? 

1. Karena tidak semua daerah di Indonesia itu terkoneksi dengan jaringan internet
Dilansir dari Kompas.Com,edisii 16 Mei 2019, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis hasil survey data pengguna internet di tanah air pada April 2019 mencapai 171 juta jiwa dari total 264 juta penduduk. Luar biasa. Lebih dari 60 persen masyarakat Indonesia melek internet. 

Namun sayangnya, 55 persen dari 171 juta jiwa itu adalah penduduk di pulau Jawa dan 21 persennya adalah warga di Pulau Sumatra. Sisanya yang sekian persen jumlah terkecil tersebar di pulau -pulau lain di luar kedua pulau itu. 

Bagaimana mungkin masyarakat di daerah bisa mengakses media online tentang berita di daerah sedangkan tidak semua masyarakat bisa terhubung ke internet? Disinilah koran cetak lokal memegang peranan sebagai media penyampai informasi di daerah. 

sumber:techno.okezone
sumber:techno.okezone
2. Kedekatan dengan lokasi pembaca
Berita tentang kriminalitas di daerah, yang lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal dan tempat bekerja pembaca di daerah akan  jauh lebih menarik di 'kepoin' dibanding informasi dengan kriminal yang sama yang terjadi di suatu tempat berjarak ratusan atau ribuan kilometer. Ulasan mengenai motif, tempat kejadian, waktu terjadinya tindak kriminal, dan lain sebagainya , sudah pasti akan lebih banyak diulas oleh koran cetak lokal dibanding koran nasional atau TV nasional. 

3. Mengantisipasi bahaya dari fenomena dan kondisi di daerah  
Berita tentang banjir di Jakarta dan dampaknya terhadap aktifitas usaha di ibu kota akan kalah seru dengan berita soal banjir dan bencana lain yang terjadi di daerah dimana lokasi bencana berdekatan dengan lokasi pembaca di daerah.Dengan sendirinya akan menimbulkan kesiagaan di warga lokal untuk mengantisipasi.

4. Mengetahui kebijakan di daerah
Koran lokal biasanya mensosialisasikan program dan kebijakan pemerintah di daerah,baik yang sudah dijalankan ataupun yang akan di jalankan. Dengan masyarakat lokal mengetahui soal ini, akan mendapatkan informasi yang utuh dan relevan dengan kebutuhan mereka. 

dokri_radar sumbawa februari 2020
dokri_radar sumbawa februari 2020
5. Mengenali Potensi Bisnis 
Informasi soal peluang bisnis di daerah,selain lewat berita di koran lokal, bisa juga dengan menyimak halaman iklannya. Lebih banyak iklan lowongan kerja di perusahaan, bisa berarti bahwa kota ini berkembang dengan baik di sektor formal dan informalnya dan membutuhkan banyak tenaga kerja, Perputaran uang dan distribusi produk, juga barang dan jasa,bisa tergambarkan. Skill dan kompetensi apa yang dibutuhkan. Bila suatu saat pindah tugas ke daerah tersebut, paling tidak dengan menyimak beragam informasi di koran cetak lokalnya, sudah memberikan wawasan terhadap potensi lokalnya.

Bagimana, masih suka baca koran lokal? 

Referensi  

Salam,
Sumbawa NTB, 14 Februari 2020
20.20 Wita 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun