Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Tanaman Tak Minta Dititipkan "Memori Seksual" dari Pagar

28 Juli 2020   14:37 Diperbarui: 28 Juli 2020   21:02 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pelecahan anak. (sumber: KOMPAS)

Kau bagaikan pagar yang makan tanaman
Sungguh tiada aku menduga ....

Dua kalimat di atas adalah sebagian lirik dari lagu dangdut milik Om Mansyur S yang berjudul Pagar Makan Tanaman. 

Dan bila lirik itu dianalogikan dengan pelecehan seksual anak, tentu sudah pasti banyak rekaman kejadian 'pagar makan tanaman' di negeri ini. Miris membaca berita di beberapa hari terakhir soal ayah kandung atau ayah tiri memperkosa anak perempuan.

Kaum wanita juga tak mau kalah. Ada banyak kisah perempuan dewasa yang melakukan pelecehan seksual pada bocah laki-laki. Irisan dari kedua gender tadi, malah kerap terjadi korban berjenis kelamin sama dengan pelakunya. Wadoeh!

Apa fungsi pagar bagi kita? Berdasarkan KBBI, definisi pagar bermakna yang digunakan untuk membatasi (mengelilingi, menyekat) pekarangan, tanah, rumah, kebun, dan sebagainya. 

Memagari artinya melindungi (supaya jangan diganggu, diserang, dan sebagainya). Beberapa istilah di masyarakat adalah pagar ayu, pagar adat, pagar hidup, pagar betis, pagar duri, pagar sua, dan bermacam nama lainnya yang disematkan pada kata pagar. Sederhananya pagar adalah benteng atau pelindung. 

Sebagai warga biasa yang bukan seorang pakar tumbuh kembang anak, tidak juga seorang yang dulunya kuliah di jurusan psikologi dan memahami psiko dan kejiwaan anak.

Namun melalui tulisan ini, ada baiknya beberapa hal di bawah ini diperhatikan demi menghadiri tindak pelecehan seksual pada anak-anak . 

Karena di luar dari apapun profesi, keilmuan, latar belakang kehidupan, tetaplah kita semua dulunya adalah anak-anak dan melewati proses itu dalam siklus hidup sebagai manusia. 

1. Tanggung jawab mulai dari orang tua. 

Ada ungkapan bahwa anak adalah titipan Tuhan. Umumnya anak dilahirkan setelah pernikahan sah. Namun kita tak bisa menutup mata bahwa banyak juga titipan Sang Pencipta ini lahir lewat persetubuhan sebelum legalisasi perkawinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun