Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Zonasi 2019: Antara Tata Ruang, Regulasi, dan Label Sekolah

3 Juli 2019   00:16 Diperbarui: 14 Juli 2019   10:07 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:data referensi pendidikan

Kemarin malam, sekitar pukul 21.00 Wita, saya teleponan dengan keponakan di Jayapura. Jesika, nama anak perempuan dari kakak saya itu, saat ini bersekolah di sebuah SMA Negeri di Ibukota Papua sana. Sekolah mereka masih dalam masa liburan dan akan masuk nanti di tanggal 15 Juli 2019. Pendaftaran ulang bagi siswa yang naik ke kelas sebelas maupun kelas dua belas, akan dibuka pada tanggal 09 Juli sampai 10 Juli 2019.

Seperti biasa, bila menyempatkan telepon keluarga di sana, yang  lebih banyak cerita adalah keponakan-keponakan. Orang tuanya hanya sebentar saja. Mulai soal sekolah mereka, cuaca dan kondisi di sana, tren kebiasaan anak remaja di Papua seusia mereka di jaman now, sampai mengenai  sekarang sudah  ada pusat perbelanjaan apa  atau mall baru lantainya sekian tingkat. Keuntungan juga buat saya, tambahan informasi apa yang berkembang di sana karena beberapa tahun terakhir saya jarang pulang.

Namun yang lagi hangat-hangat nya soal zonasi, saya kepikiran untuk bertanya lebih banyak pada sang  keponakan. Bagaimana sistem zonasi di sana, prosesnya bagaimana dan apakah ada  yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Ada berapa sekarang SMA Negeri (SMAN) di Kota Jayapura ?"  tanya saya

"Ada lima Om,"jawab remaja kelahiran tahun 2002 itu

Hmm...Dulu saat saya SMA, pertengahan hingga akhir 90 an, hanya ada tiga SMAN di sana.SMAN 1 di Jalan Biak Abepura yang berdekatan dengan kampus Universitas  Cenderawasih, SMAN 2 di  Daerah Dok 8 Atas  yang  lumayan dekat jaraknya ke Lapangan Sepakbola Mandala, dan satu lagi adalah SMAN 3  di daerah bumi perkemahan Waena. Selain tiga SMAN itu, masih ada beberapa SMA Swasta yang  dikelola yayasan islam seperti SMA Yapis ataupun yayasan Kristen dan Katolik dengan nama SMA Katolik Taruna Dharma dan SMA Gabungan.

Jangan membayangkan bahwa jarak antar tiga SMAN di kota kelahiran saya itu berdekatan atau bertetangga, seperti  halnya SMAN-SMAN yang berada di ibukota propinsi lain. Denpasar misalnya.Sebagai ibu kota Propinsi Bali, ada delapan SMAN. Jarak dan waktu tempuh antar SMA terbilang cukup dekat. SMAN 1 Denpasar di Jalan Kamboja berdekatan dengan SMAN 3 di Jalan Nusa Indah.

Setali tiga uang dengan SMAN di Kota Sumbawa Besar, NTB. Ibu kota dari Kabupaten Sumbawa ini memiliki tiga SMAN yang jarak antar sekolah tidak sampai 10 menit naik kendaraan roda dua atau roda empat. SMAN 1 Sumbawa di Jalan Garuda berdiri tepat di depan kantor Bupati Sumbawa. Betapa strategis dan 'seksi'nya sekolah itu untuk ukuran orang tua yang bekerja sebagai PNS Kabupaten.

Bila istirahat siang, hanya melintas berjalan kaki sebentar sudah bisa bertemu anaknya di sekolah. Demikian juga sebaliknya bagi si anak. Bila tidak diterima di SMAN 1,masih ada SMAN 2  dan SMAN 3  yang juga jaraknya cuma lima menit ke Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin yang berada di tengah kota. Siapa sih orang tua yang tidak tertarik menyekolahkan anaknya di pusat pendidikan yang berdekatan dengan fasilitas publik? Fasilitas vital yang menjadi ciri khas kemajuan kota.

Bagaimana dengan para guru? Sami mawon bodo wae. Guru juga manusia dengan panggilan mulia mengajar. Namun bila ditempatkan sebagai tenaga pendidik pada sekolah yang berada di 'sona nyaman' seperti tiga SMAN di Kota Sumbawa, tentulah sulit untuk menolak.Kecuali dengan alasan --alasan tertentu. 

Saya mengambil contoh SMAN --SMAN di atas karena saya pernah tinggal di kota-kota tersebut. Tamat dari SMAN di Jayapura, saya cukup 'terkejut' kala kuliah di universitas negeri di Bali. Bukan lantaran jarak antara sekolah yang berdekatan, tapi hampir semua SMAN di Kota Denpasar atau pun SMAN di kabupaten termasuk dalam label sekolah favorit atau sekolah unggulan. Buktinya mantan teman-teman satu fakultas rata-rata berasal dari sekolah-sekolah tersebut. Beberapa angkatan di bawah saya juga sama. Mendominasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun