Mohon tunggu...
Adnan Haz Habibi Marsyaid
Adnan Haz Habibi Marsyaid Mohon Tunggu... Guru - Warga negara

Warga biasa pelukis kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Nusantara, Selayang Pandang

24 Juli 2019   20:19 Diperbarui: 24 Juli 2019   21:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak munculnya secara resmi istilah Islam Nusantara pada tahun 2015 oleh ormas Nahdlatul Ulama yang mana juga di dukung penuh oleh pemerintah, sejak saat itu mulai banyak menimbulkan pertanyaan di masyarakat bahkan perdebatan. Namun Nahdlatul Ulama ( NU ) tetap meneruskan campaign istilah Islam Nusantara dengan lebih gencar dan massif melalui media sosial ( AIS Nusantara dll ), seminar dan ranting organisasi nya (Banser dll).

  • Pengertian Islam Nusantara

Islam Nusantara atau model Islam di Indonesia adalah suatu wujud empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara setidaknya sejak abad ke-16 (Wali songo) sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, interpretasi, dan vernakularisasi terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal, yang sesuai dengan realitas sosio-kultural Indonesia.  Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal di Indonesia dalam merumuskan fikihnya.

Karena itu, Katib Syuriah PBNU KH Afifuddin Muhajir menilai jika ada Islam Nusantara maka ada juga fiqih Nusantara. "Fiqih Nusantara adalah paham dan prespektif keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika teks-teks syariat dan budaya, juga realitas di (daerah) setempat," papar pengarang kitab Fathul Mujib al-Qarib ini.

  • Embrio Islam Nusantara

Penulis melalui hasil telaah mendapati bahwasanya memang nilai-nilai Islam Nusantara telah ada sejak jaman Wali Songo, Mereka merubah makna istilah budaya Nusantara dengan nilai islam  agar mudah di pahami dan tidak terjadi perlawanan, seperti Kalimosodo yang makna nya kalimat syahadat atau Istilah Sembahyang yaitu Shalat, lalu pada masa kemerdekaan Ayahanda Gus dur , KH Wahid Hasyim yang juga salah satu perumus Pancasila mempunyai peran Krusial yaitu soal unsur pertama yang berbunyi: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Wahid Hasyim mendukung pihak yang kurang sepakat dengan keredaksian itu mengingat Indonesia adalah negara yang terdiri dari suku-suku dan pemeluk agama yang berbeda. Meskipun sempat mendapat pertentangan, namun Wahid Hasyim menegaskan bahwa seharusnya paksaan tidak boleh dilakukan dalam dasar negara untuk menaungi seluruh rakyat Indonesia (Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama, 2007:43). Setelah didiskusikan dengan para tokoh Islam lainnya, maka disepakati bunyi poin pertama itu diubah menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa. Sepeninggal Wahid Hasyim, pemahaman dan penerapan Islam dalam konteks keindonesiaan itu kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya, termasuk sang putra Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang kelak menjadi Presiden RI ke-4 .

  • Salah paham mengenai istilah Islam Nusantara

Ada kelompok tertentu yang mengatakan Islam Nusantara adalah bentuk berbeda dari Islam, dan tidak perlu labelisasi,  Pendapat itu 100% kurang tepat karena mereka mengartikan sendiri dan tidak berdiskusi dengan pencetus isitlah tersebut.  Guru besar filologi Islam UIN Jakarta Oman Fathurrahman dalam sebuah seminar Islam Nusantara mengatakan "Padahal yang kita maksud bukan Islam yang normatif tapi Islam empirik yang terindegenisasi,". Sementara Kiai Afif mengatakan " Islam juga terealisasi dalam praktik keseharian. Artinya, selain ilahiyah, Islam juga bersifat insaniyah (manusiawi)".

Bahkan menurut penulis, nilai nilai Islam Nusantara adalah adaptasi yakni Nilai islam dengan Budaya lokal yang sudah di praktekkan sejak dahulu, menurut sebuah riwayat mengatakan pada masa jahiliyyah Suku arab mempunyai dua hari raya yaitu Nairuz dan Mahrazan namun setelah kedatangan Islam Nabi Muhammad merubah nya menjadi Idul Fitri dan Idul Adha tidak menghilangkan hanya menambah dengan nilai nilai Islam, lalu di lanjutkan pada masa masa Khulafaurasyidin, Bani Umayyah. Yang paling menonjol ketika di Andalusia Spanyol. Bani Abbassiyah di Baghdad hingga Kesultanan Turki Utsmani masa masa gemilang islam dapat di cirikan adanya ikatan antara nilai islam dan budaya lokal.

Namun pada abad 19 muncul gerakan baru yaitu "Wahabi" yang mengganggap Islam sudah banyak hal-hal sesat, mereka bersifat fundamentalis tak jarang menggunakan kekerasan. Suka atau tidak saat ini ada 3 haluan sumber politik Islam, Arab Saudi dengan Wahabi nya, Iran dengan Syiah nya dan Indonesia dengan Paham Islam Moderatnya, Konflik di Timur tengah, konflik di Suriah hingga Yaman, banyak di yakini para ahli adalah pertikaian langsung antara Wahabi dan Syiah, Indonesia menegaskan posisinya sebagai Islam moderat dengan Menolak ajakan koalisi Arab Saudi untuk memerangi Yaman. Islam di Nusantara sudah merasakan kedamaian dan keharmonisan selama berabad abad maka perlu kita pertahankan.

Mengaca pada konflik timur tengah, Pemerintah mendukung penuh Islam Nusantara, Presiden Jokowi mengatakan " Islam nusantara penuh sopan santun, tata krama penuh toleransi. Negara lain sangat apresiasi hal itu" sedangkan Wapres Jusuf Kalla mengatakan "Sudah saatnya NU mentransfer, mengekspor, gagasan Islam Nusantara ke seluruh dunia".  //  Wallahu a'lam bish-shawabi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun