Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PPKM, Shalat Idul Adha, dan Jabariyah

22 Juli 2021   21:12 Diperbarui: 22 Juli 2021   21:23 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Zaenuddin/Katadata 

Umat Islam baru saja merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah, ini adalah tahun kedua kita melaksanakan hari raya qurban di tengah situasi pandemi Covid-19, bahkan saat ini penyebarannya justru semakin tinggi. 

Oleh karenanya pemerintah pusat dan daerah, dan ormas Islam seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah telah menyampaikan himbauan kepada seluruh umat islam, terutama di Zona Merah yang menjadi obyek penerapan PPKM, agar tidak menyelenggarakan shalat Idul Adha di mesjid atau di tempat umum, namun cukup dilaksanakan di rumah masing-masing bersama keluarga. 

Sebagaimana pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI, K.H. Maruf Amin, shalat Idul Adha berjamaah itu hukumnya sunnah, sedangkan menjaga diri dari Covid-19 itu hukumnya wajib, sehingga hal yang wajib harusnya didahulukan daripada yang sunnah. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun telah menghimbau agar warga Jakarta melaksanakan shalat Idul Adha di rumah saja untuk menghindari penyebaran Covid-19. 

Namun ternyata berdasarkan laporan yang diterima oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI), setidaknya ada 36 mesjid di Jakarta yang tetap menyelenggarakan shalat Idul Adha secara berjamaah. 

Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti, tidak mudah untuk meyakinkan masyarakat agar tidak melaksanakan salat di masjid karena itu masalah keyakinan. 

Faktanya sebagian umat Islam memang ada yang tidak memperdulikan atau tidak mengkhawatirkan penyebaran Covid-19. Mereka tidak memperdulikan protokol kesehatan dan tetap berkumpul dan melaksanakan shalat di masjid seperti biasa. Orang-orang seperti itu, secara sadar atau tidak telah mengikuti pemahaman Kelompok Jabariyah. 

Para pengikut paham Jabariyah meyakini bahwa sehat-sakit, selamat-celaka, dan hidup-mati semuanya telah ditentukan oleh Allah, kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita hanya menjalani nasib. Mazhab Jabariyah ini pertama kali muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan, Iran. 

Mazhab Jabariyah ini kebalikan dari Mazhab Qadariyah yang meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan untuk berbuat apa saja untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan Allah. 

Adapun dalam ajaran Islam yang sesungguhnya, manusia diperintahkan untuk melakukan tiga hal dalam menghadapi berbagai masalah, yaitu ikhtiar, doa, dan tawakkal. Maksudnya, ketika ada musibah atau wabah penyakit, kita dianjurkan untuk berusaha mengatasinya dengan berbagai upaya terlebih dahulu, dibarengi dengan berdoa memohon pertolongan kepada Allah, setelah itu barulah bertawakkal dan bersabar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun