Islam adalah agama yang mulia dan suci, sementara politik sering penuh dengan intrik, tipu-daya dan muslihat yang jahat dan kotor, sehingga keduanya, agama dan politik bagaikan air dan api yang tidak mungkin bersatu dan dipersatukan.Â
Sebenarnya Islam tidak melarang umatnya untuk berpolitik karena agama Islam bukan hanya tentang ibadah akan tetapi mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari lahir hingga mati, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, termasuk dalam berpolitik.
Politik dalam Islam adalah prilaku politik yang berakhlak dan berkeadilan. Politik yang tunduk dan patuh pada norma-norma agama. Politik yang mengedepankan etika. Â Â
Namun sayangnya, sampai saat ini, sepertinya kita belum menemukan satu pun partai politik (Parpol) yang selama menggunakan simbol, atribut, atau mengatasnamakan umat Islam yang benar-benar berpegang teguh pada akhlak Islam dalam berpolitik. Nampaknya Islam masih diposisikan sebagai media untuk menarik simpati dan dukungan umat Islam.Â
Mungkin itulah sebabnya partai-partai Islam justru tidak pernah menang dalam Pemilu di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini.Â
Semoga fakta itu menjadi bahan muhasabah atau introspeksi bagi semua partai dan politisi yang selama ini menggunakan simbol, atribut, atau mengatasnamakan umat Islam.Â
Buku yang saya baca itu mungkin bisa menjadi salah satu referensi atau panduan bagi para politisi dari parpol-parpol Islam dalam berpolitik sesuai syariah.Â
Buku yang diberi judul Politik Islam itu merupakan kumpulan ceramah dari Shaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang menggunakan dalil-dalil dalam al-Qur'an dan hadits.
Dalam Islam, kekuasaan bukan tujuan akhir dalam berpolitik, akan tetapi hanya merupakan media untuk mencapai tujuan yang lebih mulia.