Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Membandingkan MRT di Jakarta dan Tokyo

27 Maret 2019   15:51 Diperbarui: 27 Maret 2019   16:39 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ANTARA/Hafidz Mubarak A

Tiga tahun lalu, saya pernah menulis artikel di Kompasiana mengenai pengalaman saya naik MRT di Tokyo, Jepang. Tulisan yang saya beri judul "Naik Kereta Rel Listrik, Antara Jakarta dan Tokyo" itu diangkat oleh Redaksi Kompasiana menjadi Artikel Utama. Karena waktu itu belum ada MRT, maka yang saya jadikan pembanding adalah KRL Commuter Line yang beroperasi di Jadebotabek. 

Ketika itu saya bercerita mengenai pengalaman saya menggunakan kereta untuk menjangkau tempat-tempat yang dituju di Tokyo. Kereta merupakan moda transportasi yang paling banyak digunakan oleh warga kota metropolitan itu. Selain karena harganya relatif lebih terjangkau, kereta di Jepang juga sangat nyaman, aman, dan tepat waktu. Oleh karenanya selama berada di di Tokyo, saya tidak pernah menemukan kemacetan di jalan raya karena sebagian besar warga Tokyo menggunakan kereta.

Jika KRL Commuter Line di Jabodetabek hanya memiliki 6 jalur atau rute perjalanan, maka jalur KRL di Tokyo sangat banyak dan rumit. Operator utama KRL di Tokyo, East Japan Railway Company (JR East) mengelola 36 jalur. 

Itu belum termasuk jalur lain yang dikelola oleh swasta dan perusahaan milik Pemerintah Daerah Metropolitan Tokyo, seperti Tokyu Corporation dan Keio Corporation dengan masing-masing 7 jalur, Tokyo Metro dengan 9 jalur, dan Toei Subway dengan 4 jalur. 

Hebatnya, dengan jalur yang rumit dan sebanyak itu, KRL di Tokyo selalu berangkat dan tiba tepat waktu di tempat tujuan. Tidak ada cerita, KRL harus antri dan menunggu sekian lama setiap akan memasuki stasiun tertentu, apalagi sampai terlambat sampai ke stasiun tujuan.      

Di Tokyo ada ratusan stasiun KRL. Stasiun terbesar yang pernah saya kunjungi adalah Stasiun Shinjuku. Stasiun ini terletak di kawasan pusat bisnis dan merupakan stasiun penghubung utama lalu lintas KRL di Tokyo, seperti Stasiun Manggarai di Jakarta, bahkan lebih sibuk. Stasiun bawah tanah ini sangat luas, melayani 12 jalur, terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, dan memiliki lebih dari 200 pintu. Stasiun ini merupakan stasiun kereta tersibuk di dunia karena setiap harinya melayani hingga 3,5 juta penumpang.    

Prosedur untuk menggunakan KRL di Tokyo mudah dan praktis. Pembelian tiket di setiap stasiun kereta di Tokyo menggunakan sistem e-ticketing. Bagi yang memiliki tiket berlangganan, seperti Pasmo atau Suica, kita tinggal melakukan tapping (menempelkan) tiket tersebut di gate in (pintu masuk), maka gate in menuju peron akan terbuka secara otomatis. 

Bagi yang ingin membeli tiket single trip (tiket sekali perjalanan), kita dapat membelinya secara mandiri di mesin yang tersedia disetiap pintu masuk stasiun. Untuk masuk ke peron, kita tinggal memasukkan tiket ke gate in dan gate in akan terbuka secara otomatis, lalu tiket kita akan keluar lagi dari get in. 

Tiket tersebut harus kita bawa lagi untuk digunakan ketika tiba di stasiun tujuan. Petunjuk arah ke setiap peron, rute atau jalur, dan stasiun tujuan juga terpampang dengan jelas dalam bahasa Jepang dan Inggris.

Setelah tiba di peron, kita tidak perlu menunggu lama hingga KRL yang kita tunggu datang. Untuk naik ke KRL pun kita tidak perlu terburu-buru, berebut naik, apalagi sampai dorong-dorongan. 

Setiap penumpang akan naik ke KRL dengan tertib. Ketika pintu terbuka, penumpang tidak akan langsung naik, tetapi berdiri di samping pintu untuk memberikan kesempatan kepada penumpang yang akan turun terlebih dahulu, setelah itu barulah penumpang naik ke KRL dengan tertib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun