Mohon tunggu...
Muhimmatuz Zainiyah Fahmi
Muhimmatuz Zainiyah Fahmi Mohon Tunggu... -

Malang kota rantau ku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Keren, Guru SLB

8 Mei 2017   11:50 Diperbarui: 8 Mei 2017   12:09 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru, istilah dalam bahasa jawa yang bermakna digugu lan ditiru. Guru ialah seorang tauladan bagi muridnya, murid akan meniru mencontoh apa yang dilakukan, diucapkan oleh gurunya. Bahkan seorang murid akan menirukan apa apa yang menjadi kebiasaan dari sang guru idola. Oleh karena itu, hendaknya guru mengetahui betapa besar pengaruhnya dalam mendidik dan mencetak generasi yang berkualitas. Jangan menjadi guru hanya dikarenakan jabatan dan bayaran yang selalu dijamin pemerintah, tapi jadilah guru yang penuh dengan kasih sayang pada muridnya layaknya anak kandung.

Hari ini, pengalaman pertama saya langsung terjun dan mengamati betapa besar perjuangan guru dalam mendidik serta membimbing muridnya untuk menjadi anak yang sholeh dan berkualitas. Sungguh mulia jasa seorang guru utamanya guru-guru yang mengajar sebuah sekolah yang mana terdapat berbagai macam murid dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Beliau mengajar penuh dengan ketelatenan, kesabaran, ketulusan dan memutar otak bagaimana agar suasana belajar di kelas dapat berjalan efektif dan murid-murid dapat belajar dengan senang dengan keterbatasan yang mereka miliki baik fisik ataupun jiwa.

Singkat cerita, kami sekelas tadi mengikuti dengan khidmat prosesi upacara yang diadakan oelh SLB IDAYU, mulai dari murid tingkat lanjutan(PAUD), TK, SD, SMP dan SMA. Sungguh liar biasa murid disana, walaupun mereka memiliki keterbatasan yang beragam, namun mereka sudah bisa mengkonsika sikap dimana mereka berada. Merekapun khidmat dalam setiap agenda upacara.

Usai upacara dibubarkan kami langsung memasuki tiap kelas berdasarkan pembagian yang telah ditentukan sebelumnya. Dan saya mendapat bagian di tingkat kelas 2 SD. Secara kasat mata mereka terlihat seperti anak normal, tanpa ada kelainan fisik. Bu Evi selaku wali kelas dari 5 murid disana terlihat begitu sabar dan pandai mengolah suasana walaupun saat itu yang masuk hanya Bayu dan Miftah. Selebihnya saya kurang tahu mengapa Ahmad, Rizki dan Noval tidak hadir.

Bu Evi terlihat begitu wibawa dalam mendidik kedua muridnya yang berbeda kondisi itu. Miftah, Ia lebih memilih untuk diam jika tidak disebut namanya. Ia juga selalu memperhatikan apa yang dilakukan gurunya, walaupun hal itu tidak ditujukan padanya seperti tadi Bu Evi yang tengah menasehati Bayu karena tidak mengerjakan PR untuk kedua kalinya. Memang sepertinya mIftah tidak memandang dan memperhatikan guru, tapi ia mampu memahami pesan Bu Evi untuk si Bayu.

Sedangkan Bayu, ia anak yang aktif berbicara dan memiliki banyak alasan namun ia tidak pernah mau untuk berkata "iya bu, maaf. Bayu minta maaf ya Bu". Sebuah kalimat yang tak mudah diucapkan siapapun baik bagi orang normal jika telah melakukan kesalahan walaupun itu tidak sengaja. Tapi, anak usia 9 tahun yang masih semangat menempuh pendidikannya itu tidak malu untuk meminta maaf jika ia salah.

Sekolah SLB IDAYU yang menjadi objek sasaran observasi kelas kami telah membuka hati saya terutama untuk selalu ingat betapa besar jasa orang tua di sekolah yaitu guru dalam mendidik dan membimbing kami. Tanpa adanya guru, dunia ini hanyalah menjadi sebuah imajinasi yang tak mungkin terjadi.

Terakhir, terima kasih untuk ayah ibu dan keluarga yang selalu mendukung saya. Terimakasih semua guru-guru yang telah mendidik dan membimbing saya. Terima kasih teman-teman yang menjadi kawan berjuang saya. Terima kasih pula untuk dosen kami yang telah memberikan kesempatan emas ini dan sekaligus selaku pengasuh SLB IDAYU, Dr. Alam Aji Putera, M. Pd. Dan tak lupa terimakasih Alhamdulillah, puji syukur kehadiratMu yang telah memberikan hamba manusia manusia super dan mentakdirkan saya untuk bertemu dengan mereka.

Malang, 8 Mei 2017

 

Muhimmatuz Z Fahmi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun