Di manapun, di dalam suatu masyarakat selalu terdapat ketidaksamaan (inequality) status atau kedudukan anggota masyarakat. Ketidaksamaan status ini seperti halnya jabatan pekerjaan, jenis pekerjaan, kekayaan, prestise, tingkat pendidikan, dsb. Pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya disebut stratifikasi sosial (social stratification).
Hubungan Pendidikan dan Stratifikasi Sosial. Banyak tokoh pendidikan yang menaruh kepercayaan terhadap fungsi pendidikan dalam rangka memperbaiki nasib seseorang sehingga dapat naik status/golongan dalam tangga sosialnya. Implikasinya, muncul gagasan dan program perluasan dan pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.Â
Dengan gagasan dan program tersebut diharapkan dapat dicairkannya batas-batas antar status/kelas/golongan dalam tangga sosial yang ada. Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama, memberikan peluang bagi setiap anak untuk mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakannya.Â
Program wajib belajar atau pendidikan universal memberikan kompetensi yang sama bagi setiap orang dari semua status/golongan. Dengan demikian, perbedaan sosial akan dapat dikurangi, sekalipun mungkin tidak dapat dihapuskan seluruhnya. Permasalahannya, apakah dengan pendidikan tersebut stratifikasi sosial dapat dihilangkan?
Sebagaimana dikemukakan Sudarja Adiwikarta (1988), Emile Durkheim berpendapat bahwa makin maju suatu masyarakat maka akan terdapat pembagian kerja (division of labor) yang menuntut spesialisasi untuk bidang pekerjaan tersebut. Spesialisasi mengandung arti seleksi, karena spesialisasi menempatkan orang-orang pada posisi tertentu sesuai dengan bakat, minat, kompetensi dan kesempatan yang tersedia di dalam masyarakat. Proses ini juga berarti alokasi dan distribusi sumber daya yang ada di dalam masyarakat. Orang mendapat penghargaan, termasuk imbalam materi, sesuai dengan peran yang dimainkannya di dalam masyarakat. Seleksi berarti alokasi dan distribusi sumber kemakmuran, karena setiap bidang spesialisasi mendapat imbalan yang berbeda.
Lebih jauh lagi, peristiwa-peristiwa tersebut dapat melahirkan stratifikasi sosial. Bagaimana mungkin proses seleksi, alokasi dan distribusi itu terjadi? Hal ini dapat terjadi melalui pendidikan. Earl Hopper mendukung teori tersebut. Menurut Hooper, Seleksi dilakukan di berbagai tahapan, dan itu dimulai di lembaga pendidikan. Ketika memasuki sekolah, anak-anak mengalami seleksi yang ketat melalui tes masuk. Kemudian ia harus memilih jurusan atau program studi, adapun diterima atau tidaknya di jurusan atau program studi yang dipilih, kriterianya ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum pendidikan di berbagai jenjang dan prodi atau jurusan diproyeksikan untuk suatu lapangan pekerjaan tertentu, ada yang jabatannya tinggi ada yang menengah atau rendah, demikian pula gajinya.
#SOSIOLOGI_PENDIDIKAN
#ADI_PRATAMA