Mohon tunggu...
Adlan Pradana
Adlan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Guru Sekolah Kejuruan

Guru Sekolah Kejuruan UGM, Pengamat Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Program Diploma di Indonesia Kurang Menarik?

11 November 2019   22:46 Diperbarui: 11 November 2019   22:49 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba tanya ke para pendaftar perguruan tinggi (PT), jika diperbolehkan hanya memilih tanpa seleksi, program PT apa yang akan mereka pilih, diploma ataukah sarjana (S1)? Hampir dapat dipastikan mayoritas mereka akan memilih S1 [1]. Salahkah hal ini? 

Tentu tidak, karena ini adalah pilihan dan pilihan adalah hak asasi manusia. Namun kenapa hal ini terjadi? Padahal pemerintah sedang menggalakkan apa yang disebut pendidikan vokasi, dan pendidikan vokasi di PT adalah program diploma. Tak kurang dari Presiden Jokowi menyebut secara eksplisit frasa pendidikan vokasi ini di Pidato Visi Pembangunan Indonesia 2019-2024 beberapa waktu yang lalu [2].

Dalam memilih, manusia hampir selalu memilih yang paling paling menguntungkan bagi dirinya [3]. Jika lulusan sekolah memilih untuk kuliah, pastilah karena menurutnya kuliah lebih menguntungkan dibanding tidak kuliah. 

Jika Mark Zuckerberg atau Bill Gates memilih untuk Drop Out (DO), pastilah karena menurut mereka DO lebih menguntungkan dibanding kuliah. Demikian pula jika calon mahasiswa memilih program S1, pasti karena menurutnya program ini lebih menguntungkan baginya.

Tanyakan lagi ke para pendaftar PT tersebut, mereka kuliah untuk apa? Mayoritas akan menjawab untuk memperoleh ilmu yang dibuktikan dengan ijazah, lalu menggunaannya untuk melamar pekerjaan [4]. Singkat dan sederhana. 

Jika mayoritas pendaftar PT memilih program S1, dan alasannya adalah untuk melamar pekerjaan, berarti menurut mereka ijazah S1 lebih laku di mata pemberi kerja (perusahaan). 

Bila mayoritas pendaftar berpendapat seperti itu, hampir dapat dipastikan jika pendapat itu benar, karena pendapat mayoritas jarang sekali salah. Sampailah kita ke kesimpulan bahwa program diploma kurang menarik karena kurang laku di mata pemberi kerja .

Benarkah pendapat tersebut? Jika ditilik dari jenis industri yang ada, industri di Indonesia bukanlah industri dengan teknologi yang sangat tinggi, sehingga kebutuhan kualifikasi pekerjanya juga tidaklah sangat tinggi [5]. Seringkali perusahaan lebih memiliih orang cerdas dengan kualifikasi apapun yang dilatih ulang agar menjadi ahli [6]. 

Misalnya berbagai jenis lowongan Management Trainee (MT) dan berbagai variannya (Management Associate, Graduate Development Program, Program Persiapan Sarjana, dll). Rata-rata lowongan jenis ini tidak kaku dengan latar belakang jurusan, namun mempersyaratkan kecerdasan dan intelejensi di atas rata-rata agar mudah dilatih ulang sesuai keinginan perusahaan. 

Sampailah kita pada kesimpulan lanjutan bahwa program diploma kurang menarik karena pemberi kerja tidak mensyaratkan keahlian yang tinggi di suatu bidang spesifik khas program diploma. 

Perusahaan lebih mensyaratkan kecerdasan yang tinggi untuk nantinya dilatih ulang agar menjadi ahli di suatu bidang. Karena mayoritas calon mahasiswa lebih memilih program S1 dibanding diploma, maka lulusan yang cerdas kemungkinan besar berada di kolam S1, dan agar menghemat waktu seleksi, perusahaan hanya membuka lowongan untuk S1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun