Mohon tunggu...
Adji Syarifah
Adji Syarifah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sudah Saatnya Kita Mengetahui Apa itu Pemanasan Global dan Pendinginan Global

8 Februari 2018   23:30 Diperbarui: 8 Februari 2018   23:29 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rata-rata tahunan perubahan suhu global di permukaan bumi berdasarkan data pengamatan tahun 1880-2014 (NASA/GISS, 2015)

Dalam beberapa dekade ke depan ini diperkirakan kawasan tropis akan dihadapkan pada masalah perubahan iklim global (Global Climate Change)yang cukup serius. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa dampak perubahan iklim yang sangat ekstrem terhadap lingkungan serta beberapa upaya pengendaliannya, namun bencana masih kerap terjadi yang menimbulkan besarnya jumlah kerugian baik harta maupun jiwa. Perubahan iklim ini disebabkan karena adanya pemanasan global yang disebabkan oleh penumpukan gas rumah kaca. Meskipun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global dan pendinginan global, namun yang kita rasakan saat ini adalah pemanasan global.

Pemanasan global dapat diartikan sebagai peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi dari tahun ke tahun. Menurut laporan dari NASA/GISS (2015), suhu global terus mengalami kenaikan sebesar 0.68C hingga tahun 2014. Anomali (penyimpangan) suhu ini jauh diatas rata-rata suhu bumi pada abad ke-20. Dilaporkan oleh Hance (2015) bahwa pada tahun 2014 adalah tahun terpanas dalam beberapa millennium terakhir.

Penyebab dari pemanasan global ini adalah karena terdapat peningkatan jumlah gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Menurut laporan dari IPCC (2007), jumlah gas rumah kaca di atmosfer terus meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan pada jaman pra industri. Meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan juga meningkatkan jumlah gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Ada tiga jenis gas rumah kaca utama, meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Gas rumah kaca mempunyai rentang masa hidup cukup panjang, yaitu berkisar antara 10 hingga 200 tahun. Peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut di atmosfer memerangkap suhu panas di atmosfer bumi.

Peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer berdampak pada sistem cuaca global. Pemanasan global berdampak langsung pada peningkatan suhu bumi. Dengan meningkatnya suhu bumi, kebakaran hutan akan lebih mudah terjadi dan menyebabkan munculnya kabut asap. Dengan adanya kabut asap, maka serangan wabah penyakit seperti malaria dan gangguan pernafasan akan meningkat. Selain itu, kebakaran hutan juga mengancam kehidupan spesies langka, memaksa binatang keluar dari kawasan lindung untuk mencari air dan tempat tinggal baru untuk ditempati. Peningkatan suhu bumi sebesar satu derajat akan menyebabkan beberapa daerah menjadi basah, dan daerah lainnya menjadi lebih hangat. Permukaan air laut akan naik akibat dari gletser yang mencair, sementara beberapa daerah akan lebih berisiko terkena gelombang panas, kekeringan, banjir, dan bencana alam. Perubahan iklim yang mengakibatkan adanya pemanasan global bisa merusak rantai makanan dan ekosistem, menempatkan seluruh spesies terancam kepunahan.

Beberapa dekade terakhir, muncul sebuah fenomena yang berkebalikan dengan fenomena yang tengah kita hadapi saat ini. Fenomena yang disebut sebagai titik balik dari fenomena pemanasan global ini disebut pendinginan global atau "global cooling".Beberapa tahun yang lalu sebuah artikel ilmiah dari BBC melaporkan bahwa akibat pemanasan global maka es di Arktik (Kutub Utara) akan hilang. Namun, beberapa tahun setelahnya, terdapat foto satelit yang menunjukkan Kutub Utara memiliki lapisan es tak terputus yang lebih besar dari setengah Eropa, Kanada, sampai ke pantai utara Rusia. Kutub Utara belahan Barat Laut sudah tertutup es sepanjang tahun ini dengan pertumbuhan es mencapai 60%.

Secara umum, fenomena global cooling ini disebabkan karena turunnya suhu udara. Selain itu, dapat juga disebabkan karena letusan gunung berapi yang menyebabkan lapisan atmosfer dipenuhi debu dan sinar matahari terhalang masuk ke permukaan bumi sehingga terjadi pendinginan global seperti zaman es dulu. Menurut salah satu institusi penelitian di Jerman, naik turunya suhu udara di sebabkan oleh penurunan aktivitas matahari yang bisa mengkibatkan suhu bumi menurun 0,2 derajat celcius. Proses pemanasan global yang melelehkan es di bebebapa daratan juga di prediksikan akan memicu pendinginan global.

Terdapat beberapa teori yang mendukung fenomena pendinginan global ini. Sebuah pusat penelitian di Jerman, GFZ, menyatakan bahwa pendinginan global dapat terjadi secara signifikan yang disebabkan oleh "cahaya matahari minimum", yaitu ketika posisi bumi berada pada jarak terjauh dari matahari sehingga mengurangi intensitas dari penyinaran matahari terhadap bumi. Sementara itu, peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Vladimir Kotlyakov dan ilmuan di negara Jerman yang membantah isu Pemanasan Global akan terjadi hingga akhir abad ini menyatakan bahwa matahari mempunyai siklus pemanasan dan pendinginan dan bumi pun akan mengikuti pengaruh dari matahari mulai dari mengalami pendinginan dan pelembaban.

Menurut saya, teori dan pendapat diatas belum dapat dikatakan sebagai suatu kebenaran yang mutlak. Dan juga sebaliknya, tidak dapat dikatakan salah sepenuhnya. Pendapat-pendapat diatas memiliki kelemahannya masing-masing, seperti tidak cukup kuatnya bukti-bukti yang tersedia serta asumsi-asumsi yang tak berlandasan. Untuk dapat  menentukan langkah apa yang akan kita ambil untuk mengurangi dampak dari fenomena-fenomena ini, diperlukan penelitian dan analisis lebih lanjut mengenai fenomena pemanasan global dan pendinginan global.

Apakah pemanasan global atau pendinginan global yang sedang terjadi di bumi kita ini, sebaiknya kita tetap menjaga bumi kita yaitu dengan cara mebiasakan diri dengan green lifestyle. Yang dimaksud dengan green lifestylediantaranya adalah mengurangi penggunaan kantong plastik, menggunakan transportasi umum, serta mendaur ulang sampah. Jika mendaur ulang sampah dirasa masih sulit untuk dilakukan sendiri, kita dapat mempermudah dalam mengolah sampah yaitu dengan memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya. Hal kecil ini tentu saja dapat membawa perubahan yang cukup besar jika dilakukan bersama-sama, untuk bumi yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun