Seseorang yang bertanggung jawab dalam kelompok anak rel tersebut bernama Bapak Salim. Bapak Salim memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinasikan anggotanya dalam mengatur perlintasan kereta.
Biaya perawatan fasilitas seperti palang buatan dan pos jaga, dihasilkan dari sumbangan yang diberikan oleh orang-orang yang melintas. Tidak ada sumbangan apa pun dari pihak KAI untuk membantu meningkatkan keamanan perlintasan.
"Kalo dari kita, ketuanya bapak salim, kebetulan ia bukan jadwalnya shift sekarang, biasanya dia sih yang lebih tahu sejarahnya ini", Ujar Pak Mardi.
"Fasilitas palang ini kita buat sendiri, dari uang ini juga, pos ini juga kita yang buat". Tambah Pak Mardi.
Keinginan masa depan mereka dalam menjaga perlintasan kereta ialah mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak KAI. Fasilitas seperti palang otomatis dan pos yang layak menjadi salah satu keinginan fasilitas yang di tunggu-tunggu.
Melihat kondisi yang kurang layak dan kurang mendukung dari adanya fasilitas yang saat ini tersedia, memungkinkan memiliki tingkat risiko kecelakaan yang tinggi. Adanya kerja sama dan gotong royong telah menjadi prinsip mereka dalam melakukan tindakan yang membantu meningkatkan keamanan seseorang.
"Kita di sini atas inisiatif sendiri, kalo bicara pendapatan ya apa adanya aja lah, ada yang ngasih ada juga yang engga, gapapa lah yang penting ini perlintasan aman dan terkendali lah kalo ada yang jaga". Ujar Pak Mardi
Pengorbanan jasa yang mereka lakukan dijalankan dengan inisiatif sendiri dengan memiliki tujuan agar pengendara yang melintas tetap aman tanpa melihat nominal bayaran yang didapat.
Mereka akan tetap disalahkan oleh pihak KAI apabila terjadi kecelakaan yang terjadi di perlintasan tersebut.
"Kalo ada kecelakaan disini, kita bakalan disalahin sama KAI, bahkan bisa-bisa ini jalanan beneran ditutup kalo memang ada kecelakaan disini, makanya anggung jawab kita disini penting, sukur-sukur dapet perhatian lebih dari  KAI". Ujar Pak Mardi.
