Mohon tunggu...
Adi Wursito
Adi Wursito Mohon Tunggu... -

try to feel the euphoria of technology in parallel society

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ayo Dolan dan Liburan ke Karanganyar: Candi Cetho dan Candi Sukuh

31 Januari 2016   15:55 Diperbarui: 31 Januari 2016   16:30 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sunset di Cetho|dok.@adiaddicted"][/caption]Liburan membantu mengendorkan kepenatan dan merefresh setelah berjubel dengan pelbagai aktifitas keseharian yang menjemukan. Liburan memang diadakan untukmemberi jeda, spasi dari aturan aturan di lingkungan kerja. Ada pengharapan dalam liburan yaitu menghibur diri, sejenak lari dari kebosanan yang terpaksa dilakoni dalam keseharianya. Untuk mendapatkan liburan sebagian kita telah menabung, merencanakan untuk perihal idaman tersebut. Liburan tak serta merta di tempat hiburan melulu, ada tempat yang dianggap sakral yang biasa dipelancongi.  

[caption caption="Boleh mejeng kan? |dok.@adiaddicted"]

[/caption]

Nah beberapa waktu lalu aku dolan dengan niat mengantar teman dari sahabatku yang orang espanyola. Aku antar saja ke daerah asalku di Karanganyar. Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, sebuah kabupaten yang berbatasan dengan propinsi jawa timur dan gunung Lawu sebagai pembatas. Karena topografi yang berupa lembah dan lereng di sebelah timur itu tentunya mempunyai daya pesona keindahan alam yang tidak kalah dengan keindahan foto-foto kalender heuheu.

Ada beberapa obyek  wisata yang mungkin bisa menjadi alternatif liburan diantaranya  adalah candi Sukuh dan candi Cetho yang berada di wilayah kecamatan Ngargoyoso dan kecamatan Jenawi yang memang berdekatan. Yang unik adalah kedua candi tersebut mirip bangunan candi suku Maya. Untuk menuju kedua lokasi tersebut dari kota Solo yang berjarak sekitar 38 kilometer bagi yang menggunakan kendaraan pribadi tidak perlu khawatir akan macet sepanjang jalan karena akses dari kota Solo selepas kecamatan Jaten sudah bebas macet.

Pemandangan khas daerah pegungungan mulai terlihat ketika mencapai wilayah Karangpandan. Jalan beraspal mulus dan berkelok dengan hamparan kebun teh yang menghijau sejuk cukup membuat pandangan kita terbuai. Cicipi kuliner khas desa pegunungan disebuah tempat bernama Ndoro Dongker sambil beristirahat sebentar.

[caption caption="Anda akan menemukan view landscape yang menggairahkan |dok.@adiaddicted "]

[/caption]

Candi Sukuh berada dikecamatan Ngargoyoso udara yang sejuk, sedikit berkabut membuat kepantasan bahwa kenapa bangunan candi tersebut berada disitu. Wilayah Ngargoyoso dengan curah hujan yang cukup karena berada di lereng gunung Lawu. Memasuki kompleks candi, gapura besar namun agak telah miring menunggu. Batuan andesit menjadi struktur yang membuat candi tersebut nampak masih kokoh kemerahan. Ada beberapa teras menuju bangunan candi utama yang berada paling atas.  

Pada masing masing teras terdapat gapura untuk memasukinya. Naah pada teras paling atas ada beberapa lempengan batu berelief yang menggambarkanpenggalan kisah  kehidupan dari pandawa lima, bagian cerita mahabharata. Ada semacam batu datar dengan kepala kura kura yang ternyata adalah tempat menaruh sesajen. bagi penikmat seni, ada Srawung Candi acara tahunan yang merupakan pagelaran seni bertaraf Internasional yang menampilkan gelaran dari seniman lokal dan manca.

[caption caption="Candi cetho |dok.@adiaddicted"]

[/caption]

Selanjutnya menuju candi Cetho dengan jarak kurang lebih dua pukuh menit perjalanan dengan mobil. Candi Cetho sendiri adalah candi Hindu peninggalan Majapahit pada abad 15, masyarakat sekitar merupakan penganut Hindu.  Lokasinya yang berada di diketinggian kurang lebih 1400-an mdpl masih menyimpan kesejukan, masih cukup untuk mengilangkan penat kota hehe..Memasuki kompleks candi cetho pengunjung setelah membayar tiket kita akan di sambut oleh dua patung penjaga.

Ada delapan teras atau aras, yang masih masing mempunyai makna dan fungsinya sendiri.  Halaman candi berada pada aras ketiga disitu terdapat petilasan ki Ageng Krincingwesi katanya adalah leluhur warga cetho. Keatas lagi terdapat gapura yang terpahat tulisan dengan aksara kuna yang menurut literatur berbunyi "pelling padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397 " kira kira menyebutkan fungsi candi tersebut sebagai tempat untuk menyucikan diri sebelum naik ke surga dibangun 1397 saka. Ada simbol hewan seperti terdapat pada candi Hindu seperti katak, kura kura yang dianggap suci dalam Hindu.yang menarik bagi pengunjung yang iseng adalah sebuah ornamen Phallus yang  terdapat  ukiran diatasnya terkadang suka dielus. Simbol kejantanan laki laki penciptaan.manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun