Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Ukuran Orang Tidak Terlibat Terorisme Cukup Tanda Tangan Setia pada Pancasila?

8 Februari 2019   09:41 Diperbarui: 8 Februari 2019   10:03 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay

Baasyir yang beberapa waktu lalu dikabarkan akan menghirup udara segar, menimbulkan statement dari berbagai pihak. Tak luput pemerintah Australia melalui Perdana Menterinya yang memprotes rencana pembebasan tersebut. Australia keberatan karena Baasyir menjadi dalang dari pemboman di Bali yang menewaskan ratusan nyawa tak berdosa, yang diantaranya adalah kewarganegaraan Australia yang tengah berliburan ke pulau Bali.

Presiden Jokowi mengumumkan akan membebaskan Baasyir namun masih dikaji oleh Kemenko polhukam, setelah sebelumnya Yusril mengajukan permohonan pembebasan kepada Jokowi dengan alasan kondisi kesehatan Baasyir yang kian menurun disebabkan umur yang sudah menginjak 81 tahun.

Alih-alih mau bebas, Baasyir dengan tegas menolak untuk menandatangani ikrar setia kepada NKRI dan Pancasila, serta mengakui perbuatan dengan berjanji untuk tidak mengulanginya. Namun apa boleh buat, ideologi seseorang tak dapat dikekang meski raga dipenjara. Kemudian pertanyaan nya adalah, apakah dengan tanda tangan diatas kertas bermaterai dapat menundukkan ideology seseorang?

Baasyir didampingi Yusril dan beberapa orang lainnya.
Baasyir didampingi Yusril dan beberapa orang lainnya.
Alfian dalam karnyanya "Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia" (1980) berpendapat bahwa ideologi merupakan pandangan atau sistem bilateral yang menyeluruh dan mendalam mengenai suatu cara hidup yang secara moral dianggap benar dan adil.

Ideologi tidak pernah mendeklarasikan dirinya secara terang-terangan, ia abstrak dan beragam. Namun ia akan menjual dirinya sebagai sebuah kebenaran, ia tidak mau tunduk dengan yang tidak sejalan dengannya. Dan itu terjadi pada Baasyir, ia mengerti betul bahwa pemerintah ingin ia tunduk pada pemerintah, namun ideologinya menolak.

Bagi Bassyir mengikuti cara islam adalah harga mati, yang menjadi permasalahaannya ialah, pemikirannya sedikit menyimpang dari Islam. Islam dikenal cinta damai dalam berdakwah, dan itu telah dipraktekan oleh Rasulullah. Islam menghargai makhluk yang hidup dan bernyawa.

Baasyir juga memberikan pendapatnya kepada Yusril, "Jika Pancasila sejalan dengan Islam, kenapa tidak patuh kepada Islam saja?"

Mari kita ingat kembali ketika para pahlawan negeri ini memusyawarahkan dasar Negara, ada banyak yang menyumbangkan gagasannya termasuk gagasan menjadikan islam sebagai dasar Negara ini. Namun hal tersebut direspon keberatan oleh saudara kita yang non muslim. Akhirnya diambil jalan tengah yaitu pancasila menjadi dasar Negara, dan ulama-ulama ketika itu tidak protes, tidak pula sampai membom orang.

Lalu siapakah yang salah, Islam atau pancasila? Kedua-duanya benar yang salah ialah ideologi Baasyir yang telah melenceng dari Islam, ia lupa bahwa Islam menghormati yang namanya toleransi umat beragama. Kita boleh memiliki pemikiran radikal, namun jangan dipraktekan terutama dalam kasus ini menyangkut nyawa manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun