Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjumpaan yang Kedua

12 Oktober 2018   23:51 Diperbarui: 13 Oktober 2018   00:16 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjumpaan l vemale.com

Agustus berlalu dengan kenangan manis awal perjumpaan kita, dan September menyambut dengan segala dinamikanya. Belum genap sebulan kepergianku meninggalkan Dumai, masalah demi masalah mendekap erat hubungan kita. Ketika kita sedang bertengkar, tak khayal pertengkaran tersebut membuat hati ini gelisah tak karuan dan pikiran ini tak fokus dengan tujuan.

Malam terasa berat ku lalui ketika kita bertengkar perihal kesibukan masing-masing, dan akhirnya kita seperti dua asing yang membalas pesan dengan begitu singkat. Tak jarang bulir-bulir air mata harus membasahi pipimu, mungkin kamu benar, aku yang terlalu sibuk dengan aktifitasku tanpa menyadari bahwa kamu sudah menjadi bagian dari duniaku.

Pertengkaran semakin sering terjadi, dan mereda setelahnya. Itu terus berulang hingga pada akhirnya pertengkaran kita sampai di titik terendah. Dimana semuanya nampak tak memungkinkan lagi untuk bersama, tapi ku coba untuk meyakinkanmu bahwa rasa ini tetap terjaga untukmu meski ia sering berubah indah berupa lantunan doa disepertiga malam ku.

Tak mudah menyelesaikan masalah dalam keadaan terjarakkan, panggilan video call ku sering kamu tolak,  hanya melalui pesan singkat yang ku kirim untukmu ketika kita bertengkar dengan harap amarah mu mereda. Namun kali ini berbeda, tak seperti biasanya. Kamu tak lagi percaya dengan perasaan yang ku jaga, kamu tak lagi percaya dengan cinta yang ku rawat dengan setia.

Setelah melalui lobi yang begitu sukar nan panjang, pada akhirnya kamu memberikan satu kesempatan dengan syarat. Katamu,  kamu tak mau tahu  bagaimana caranya mumpung rumah kita masih dekat, aku harus mengatakan semua perasaan ku dihadapan mu langsung. Entah kesambet apa, tanpa pikir panjang aku menyanggupi permintaan mu.

Baru kali ini aku terjatuh sejatuh-jatuhnya, hingga membuatku tak berdaya, tapi aku percaya aku jatuh pada orang yang tepat. Hatiku begitu yakin kamu adalah tempat ku berpulang, dari perjalanan panjang dalam pencarian sosok pertama yang akan akan kulihat ketika bangun tidur, dan orang terakhir yang akan kulihat ketika tuhan memanggilku untuk pulang.

Sore itu, mobil membawaku meninggalkan Pekanbaru. Ditemani lembayung aku menikmati suasana saat itu, sambil berharap semuanya akan baik-baik saja. Semua akan kembali seperti sedia kala, saat pertama kali kita jumpa.

Perjalanan menuju Dumai memakan waktu lima jam, aku merebahkan tubuhku ke kursi coba menyantaikan diri. Menatap keluar jendela dan kenangan saat pertama kali kita jumpa bersliweran di kepala. Itu adalah perjumpaan yang indah, sebab tak terduga. Mungkin semesta telah merencanakannya. 

Dan kita adalah dua insan yang saling menatap sinis dari jarak yang tak terlalu jauh, aku adalah orang yang tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama, tapi kenapa padamu aku jatuh cinta. hatiku bertanya-tanya siapakah perempuan yang sedari tadi menatap sinis namun aku tak berani untuk menyapa.

Malam begitu indah, dengan bunga-bunga bintang yang bertaburan di pelataran langit. Aku sampai di rumah dengan selamat, dan malam sudah mengantuk. Mengucap salam, mengetuk pintu menandakan aku pulang kepada orang rumah agar dibukakan pintu. Tanpa banyak kegiatan, aku merebahkan tubuhku di kasur, perjalanan yang cukup menguras tenaga meski hanya duduk saja. Sebelumnya aku telah mengirim pesan singkat kepadamu bahwa aku telah sampai, besok siap menemui rindu dan dirimu.

Keesokan sore harinya aku berkunjung ke rumah teman, lama sudah tak bersua dengannya. Sedari SD hingga SMA kami selalu satu sekolah, dan kami juga satu komunitas saat SMA, jadi kami udah dekat. Ditemani secangkir kopi capucino yang masih hangat, kami berbincang menanyakan kabar, teman-teman saat sekolah,  hingga kesibukan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun