Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kontrak Rumah di Tengah Kota apa Beli (KPR) Rumah tapi Nun Jauh Disana

17 Juni 2025   22:25 Diperbarui: 17 Juni 2025   22:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.detik.com/properti/berita/d-7186449/survei-bps-84-79-keluarga-di-ri-punya-rumah-sendiri

Banyak generasi muda yang ogah mengambil kredit perumahan jangka panjang dan memilih hidup nyaman walaupun harus semi nomaden, tinggal dari kontrakan ke kontrakan tapi dekat dengan pusat kota atau dekat dengan tempat bekerja. Fenomena ini sangat kencang echonya di kalangan anak muda terurama di kota-kota besar. Anak muda sekarang termasuk yang haus akan pengakuan eksistensinya, maka jangan heran ketika mereka sudah bekerja dan memiliki pendapatan, yang dikejar pertama kali adalah upgrade penampilan, menikmati sesuatu yang belum pernah mereka dapat/lakukan misalnya saja menikmati dinner di restoran mewah atau jalan-jalan ke luar negeri dan membikin status di media sosial sebagai bukti pencapaian sampai dengan hari ini.

Life Style demikian memang tidak bisa kita salahkan, dan jangan pernah mencoba membandingkan dengan gaya hidup generasi Y atau generasi Y dan pastinya sangat jauh berbeda dengan gaya hidup baby boomers. Generasi sekarang memang dibentuk dari sebuah kemapanan dan dipupuk dengan berbagai harapan orang tua mereka sebagai bentuk perjuangan, usaha dan doa orang tua "semoga menjadi anak yang sukses dan lebih baik kehidupannya dibandingkan mereka (orang tua).

Tuntutan menjadi lebih baik tercermin dari usaha orang tua mati-matian mendidik mereka hingga ke level pendidikan tinggi, diberikan fasilitas terbaik (yang bisa disediakan orang tua), dibebaskan dari tugas membereskan pekerjaan rumah dan pastinya diberikan kehidupan yang lebih baik walaupun orang tuanya harus menahan keinginannya dan bahkan sampai berhutang kesana kemari.

Akhirnya jiwa "perjuangan" ala generasi X dan generasi Y mulai pudar dan digantikan generasi "strawberry" yang sangat adaptif dengan kemajuan teknologi dan ketahanan jiwanya belum tertempa dengan kerasnya kehidupan. Jangan heran ketika kita melihat sebagian dari generasi milenial ataupun generasi alpha, kurang nyaman jika terlalu keras usahanya baik fisik maupun pemikiran. Sehingga untuk "menahan keinginan" yang sifatnya butuh effort jangka panjang itu sangat sulit dipenuhi dan diterima dalam pemikiran mereka.

Alhasil ketika mereka sudah dewasa, mereka pun lebih memilih kenyamanan dibandingkan dengan kerja keras untuk memupuk kekayaan. Mereka akan lebih "boros" dalam pandangan generasi X dan generasi Y dalam menggunakan uangnya untuk penampilan dan mengejar pengakuan publik. Back to topic kenapa anak muda sekarang kurang begitu excited dengan KPR atau kredit kepemilikan rumah dengan jangka waktu yang panjang. Dalam pandangan mereka, dengan nilai uang yang sama untuk membayar KPR dan sewa apartemen/kontrak rumah, mereka pasti akan lebih memilih kontrak rumah atau sewa apartemen daripada ambil KPR 10 tahun tapi dapat rumahnya sangat jauh dari lokasi kerja.

Jika kita menyelami  alam pemikiran generasi Z atau generasi milenial ini memang ada benarnya juga, dimana dengan uang yang sama untuk bayar cicilan KPR dengan posisi rumah nun jauh disana dibanding untuk bayar sewa rumah dengan nilai uang yang sama, pastilah lebih worth it untuk membayar sewa rumah yang di tengah kota dengan beragam fasilitas yang sempurna. Dengan nilai yang sama untuk bayar cicilan KPR pasti mereka akan merasa jadi sapi perahan perbankan karena komposisi hutang dan bunga nya berbentuk piramida terbalik di awal tahun hingga pertengahan masa kredit akan lebih banyak cicilan itu habis untuk bayar bunga daripada mengurangi pokok hutang.

Dengan jumlah uang yang sama (hilangnya) anak muda lebih merasa nyaman karena pasti dapat sewa rumah yang pastinya lebih baik kondisi dan penampilannya,  menghemat biaya transportasi, tidak keluar uang untuk renovasi dan perbaikan rumah karena itu sudah jadi tanggungjawab di pemilih persewaan rumah. Tidak ribet bayar PBB, tidak musti harus beramah ramah dengan tetangga, kalau ada tetangga reseh dan ribet, tinggal pindah ke apartemen atau rumah lain karena proses sewa menyewanya sangat mudah dan agile.

Ketika mereka memiliki kelebihan uang dari hasil jerih payahnya pun tidak serta merta mereka akan menggunakannya membeli aset bergerak yang sulit untuk dicairkan ketika dalam situasi dan kondisi mendesak. Mereka lebih senang spend uang mereka untuk healing dan jalan-jalan menikmati tempat wisata baik di dalam maupun di luar negeri. Jadi jangan heran, pasangan muda saat ini target utamanya bukan membeli rumah, tapi tamasya honeymoon ke luar negeri atau sewa dan tinggal di apartemen mewah walau hanya 1 tahun untuk menikmati kenyamanan hidup individualistik tanpa gangguan tetangga sekitar yang selalu reseh dengan penghuni baru di komplek perumahan.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun