Sudah sejak lama, pola konsumsi dengan jalan membayarnya dibelakang hari di Indonesia sangat marak, jika jaman dahulu yang terkenal adalah bang tukang perabotan rumah menjajagan barang dagangannya dengan jalan di cicil pembayarannya atau kredit begotu boomingnya. Ibu-ibu rumah tangga sebagai target marketingnya juga tidak surut walau harga barang dengan cara pembelian secara kredit, jatuhnya lebih mahal dibandingkan dengan kalau membeli tunai.
Kemudian mulailah era penjualan dalam bentuk kredit meningkat levelnya menjadi kredit kepemilikan kendaraan dan kredit kepemilikan rumah. Kredit jangka menengah dan panjang ini pengelolaannya jauh lebih profesional dibanding bang tukang kredit perkakas rumah tangga. Biasanya untuk mengikat konsumen, si pemberi kredit akan menawarkan beragam skema kredit yang jika kita amati dan bandingkan dengan pembelian tunai, final total pembayarannya pun cukup fantastis besarnya, apalagi pola pembayaran angsuran kreditnya pada tahun tahun awalnya lebih besar porsi bunganya dibandingkan besaran pokok hutangnya.
Di era tahun 2000 an mulai booming dengan kartu kredit, yaitu semacam kartu yang bisa digunakan untuk melakukan transaksi baik itu pembelian maupun pembayaran jasa-jasa lainnya, dan pada akhir bulan ada tagihan atas pembelian dan pembayaran yang telah dilakukan. Pembayarannyapun bisa model di cicil atau dilunasi sekalian, masing-masing akan menentukan berapa besarnya bunga yang dibebankan.
Ketiga pola kredit diatas sampai dengan saat ini masih ada dan masih dijalankan karena memang masih sangat terbuka pangsa pasarnya. Kalau pola kredit ala abang tukang perkakas rumah tangga dan pola kredit kepemilikan barang jangka menengah dan panjang ini, sedikit banyak ada mitigasi resikonya dimana ketika sudah ada tanda tanda tidak bisa melunasi, bisa dilakukan penyitaan atas barang yang dibelinya secara kredit.Â
Namun untuk penggunaan kredit memakai mekasnisme kartu kredit ini bisa dibilang agak kurang terkendali mengingat tingkat kesadaran diri masing-masing manusia berbeda-beda. Ada yang menggunakan kartu kredit untuk pembelian yang sifatnya urgent dan mendadak, namun tidak sedikit yang menggunakan kartu kredit ini sebagai sumber pendapatan mereka yang kemudian untuk memenuhi kebutuhan hariannya termasuk kebutuhan untuk tampil terlihat sukses dimata orang lain.Â
Saat ini ekspansi penggunaan kartu kredit agak melambat, karena semakin banyak orang yang sadar bahwa pembelian dengan menggesek kartu kredit ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari terutama ketika dia tidak punya cukup uang untuk membayar cicilannya dan dipastikan akan menggulung terus hutang dan bunganya untuk periode berikutnya.Â
Pihak pengelola uang yang diinvestasikan untuk pemberian kredit tidak putus harapan, dengan  teknologi baru yang dibandling dengan kemajuan teknologi terciptalah dua jenis kredit yang maha dahsyat yang pertama adalah pinjol atau pinjaman online dan satu lagi yang terakhir adalah paylatter. Yang pertama adalah pinjaman online menawarkan pinjaman dengan cara yang mudah, cukup klik, klik di aplikasi, kirim bukti-bukti pendukung dan cairlah pinjaman ke rekening anda. Begitu mudahnya hingga yang banyak sekali orang yang akhirnya seenaknya memakai pinjol, tanpa sadar bahaya mengancam ketika waktunya pay day.Â
Ketika sudah mulai kesulitan membayar bahkan sampai pada titik tidak bisa bayar, merek baru sadar kalau komulasi hutangnya menumpuk bahkan jauh melebihi pokoknya, karena terlena tidak membayar kewajibannya secepatnya atau tepat waktu. Bahkan sampai sekarang ada korban-korban  pinjol yang stres, linglung dan bahkan sampai bunuh diri karena tidak kuasa mendapat peringatan yang bertubi tubi dari pihak perusahaan pinjol.
Teknologi kedua adalah model paylatter, hampir mirip dengan pinjaman online, tapi memadukan dengan pembelian atas sebuah produk atau layanan, biasanya paylatter ini senjata dari perusahaan market place yang memberikan kemudahan bagi para pembeli barang di market place nya untuk membayar barang yang dibelinya dengan jalan "kredit" atau "cicilan" atau ngutang dulu bayar belakangan. Teknologi ini juga tidak kalah suksesnya dibandingkan pinjaman online. Bahkan bisa dibilang ini lah model bang kredit perkakas dapur yang dialih fungsikan dengan teknologi canggih menjadi paylater.
Sebenarnya pembelian dengan metode kredit ini jika digunakan secara bijaksana pastilah ada manfaatnya, misalnya kita urgent membeli barang tersebut namun sedang tidak membawa uang cukup, maka bisa menggunakan metode paylater namun dengan komitmen untuk sesegera mungkin melunasinya. Hal inilah yang kadangkala tidak dimiliki oleh sebagian masyarakat kita, dimana fungsi paylater ini berubah menjadi "pelega dahaga atas keinginan membeli secara berlebihan" tanpa melihat kemampuan dan kapasitas fiskal yang dimilikinya.