Setelah berpuasa selama 1 bulan penuh, maka tibalah saatnya kita merayakan hari kemenangan di hari lebaran. Lebaran di Indonesia khususnya dan di negara negara rumpun melayu, sangat identik dengan mudik atau pulang ke kampung halaman. Di kampung halaman ini kita utamanya adalah bertemu dengan kedua orang tua kita (jika masih hidup) atau berkunjung ziarah ke makam orang tua. Selanjutnya adalah berkunjung ke tempat sanak saudara, famili dan kerabat, baru setelahnya berkunjung ke tetangga sekitar rumah, teman dan handai taulan.
Fenomena mudik lebaran ini memang sudah ada sejak dahulu dan turun temurun. Dari tahun ke tahun makin banyak orang yang mudik di hari lebaran dan tidak hanya terbatas bagi kaum muslimin dan muslimat saja, namun juga diikuti oleh masyarakat non muslim lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mudik ini adalah sebuah acara hajatan besar masyarakat di Indonesia untuk menyambung tali silaturahmi dengan kerabat dan kawan jauh.
Hal yang menarik dalam mengisi hari lebaran ini adalah dengan mengikuti berbagai undangan halalbihalal atau pertemuan perkumpulan baik itu dari keluarga besar, tetangga, rekan kerja dan teman-teman di kampung. Banyaknya undangan halalbihalal ini pastilah akan menguras waktu dan energi apabila diikuti semua. Untuk itu perlu strategi jitu untuk dapat memilah dan memilih pertemuan halalbihalal agar nantinya mendapatkan impact yang berkualitas namun tidak sampai menguras social energy kita secara sia-sia.
Selain faktor banyaknya undangan pertemuan halal bi halal, faktor terbatasnya waktu yang kita miliki dan berbagi dengan target pribadi selama di kampung, misalnya waktu me time bersama keluarga menikmati wisata kuliner atau wisata di sekitar tempat mudik dalam rangka self rewarding atau hanya sekedar healing.
Ada beberapa hal yang musti dijadikan standar dalam memilah dan memilih pertemuan halal bi halal mana yang perlu dihadiri dan pertemuan mana yang sementara tidak kita hadiri sebagai berikut :
- Utamakan Pertemuan dengan Kedua Orang Tua dan Keluarga Inti
Sebenarnya mudik lebaran itu intinya adalah silaturahmi kepada kedua orang tua baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Secara psikologis, orang tua sangat mengharapkan kedatangan keluarga anak-anaknya untuk merayakan lebaran bersama-sama, mulai dari sholat ied bersama, makan lontong opor bersama, bercanda tawa dan ngobrol bersama antara orang tua, anak, menantu dan cucu cucunya. Selain orang tua, momentum lebaran ini bisa dijadikan wadah untuk melepas rindu bersama saudara-saudara yang tempat tinggalnya mungkin terpisah jarak dan waktu, dan momentum untuk memperkenalkan lebih dekat anak-anak kita dengan anak-anak dari saudara kandung kita.
- Hindari Menghadiri Halal bi Halal Keluarga Besar dari Trah
Sebenarnya bagus juga niat dari dibentuknya trah keluarga yang bisa sampai 5 atau 7 tingkat ke atas. Yang jadi masalah adalah begitu banyaknya keluarga yang diundang dan diantara mereka pun mungkin sudah tidak saling kenal bahkan tidak terlalu ada rasa trah diantara anggota trah. Untuk trah yang masih 3 tingkatan (Eyang Buyut) saya rasa masih ok untuk dihadiri, setidaknya masih cukup banyak yang kita kenal, tapi kalau trah sudah masuk tingkatan ke 5 atau lebih menurut saya tidak terlalu wajib untuk dihadiri, daripada dipaksakan hadir namun tidak ada yang dikenal dan akhirnya buang-buang waktu saja.
- Skip dulu Ketemuan dengan Rekan Kerja Kantor di Kampung
Ada kalanya teman teman rekan kerja di kantor yang kebetulan area mudiknya sama dengan kita, usul saya mendingan ngga usah bikin pertemuan silaturahmi atau halal bi halal di kampung deh, mengingat waktu kita di kampung sangat terbatas dan saya rasa halal bi halal dapat dilaksanakan selepas libur bersama usai dan dilaksanakan di kantor. Social energy juga akan terdampak negatif jika nantinya di pertemuan yang dibahas masalah kantor lagi dan kantor lagi.
- Pilih Reuni Halal bi Halal Sekolah yang Vibe nya Positif
Disinilah inti dari kenapa kita musti memilah dan memilih pertemuan atau silaturahmi atau halal bi halal. Dari sekian banyak pertemuan reuni yang dikemas dalam bentuk halal bi halal ini beberapa diantaranya malah menjadi ajang pamer, ajang persaingan dan mempertontonkan kesuksesan guna mendapatkan legitimasi dari semua yang hadir. Jika anda mendapati undangan pertemuan itu hanya untuk ajang pamer mendingan tidak usah dihadiri karena pasti vibe nya negatif dan social energy kita terkuras tanpa dampak yang berkualitas. Pilihlah undangan halal bi halal yang mungkin relatif sedikit yang datang dan diantara yang diundang juga mengutamakan untuk silaturahmi serta menjaga keakraban dengan mengenang masa lalu. Hal inilah yang membuat social energy kita malah seperti terisi kembali dan pastinya vibes yang didapatkan ke arah positif.
- Ajak Keluarga ketika ikut Halal bi Halal
Selain kita menikmati acara halal bi halal yang menyenangkan, kita juga memperkenalkan keluarga kita dengan sanak famili atau teman-teman sehingga menghindari prasangka buruk. Keluarga juga perlu tahu siapa saja sanak famili kita secara lebih mendalam dan juga mengenal teman-teman orang tuanya sehingga bisa menambah referensi kolega serta menjadi ajak melatih skil komunikasi dengan orang-orang yang sebelumnya tidak kenal.
- Perhatikan Manajemen Waktu agar Tidak Wasting Time
Masalah waktu seringkali menjadi bagian dari penyesalan ketika menghadiri pertemuan atau silaturahmi atau reuni atau halal bi halal. Hal ini bisa saja terjadi ketika kita terlalu larut dalam acara-acara tersebut, sehingga tanpa sadar kita mendapati diri telah membuang-buang waktu atau bahkan melanggar jadwal yang sudah disusun untuk mengisi lebaran. Semakin banyak acara halal bi halal yang dihadiri berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah waktu yang terbuang. Akhirnya, dampak dari komulatif jumlah waktu yang terbuang inilah akhirnya harus merelakan beberapa agenda yang bisa saja itu agenda penting, namun tidak dapat dilaksanakan karena kehabisan waktu.
Pengelolaan manajemen waktu bisa jadi hal yang penting dan berpengaruh terhadap kualitas social energy yang kita miliki. Tanpa planning dan scheduling agenda yang tegas dengan memperhitungkan budget waktu yang ada akan menjadikan kita tekor social energy kita dan kita tidak mendapatkan hasil yang berkualitas dari acara mudik lebaran di kampung halaman, dan hanya menyisakan capek jiwa dan raga karena habis waktu kita untuk mengikuti kegiatan atau acara-acara yang sebenarnya bisa kita skip untuk memprioritaskan jadwal atau planning yang sudah disusun jauh-jauh hari.
Mudik Lebaran ke Solo Tahun 2025
Manfaatkan waktu seoptimal mungkin, agar Lebaran tahun ini lebih terasa Berkualitas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI