Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mari Budayakan Membeli di Warung Sebelah

15 Desember 2020   22:50 Diperbarui: 23 Desember 2020   10:43 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.digination.id/

Investor global yang semakin hari semakin menggurita, perlahan namun pasti akan mendominasi pasar hingga ke unit terkecil dan pastilah akan mengganggu tumbuh berkembangnya ekosistem pengusaha kecil yang notabene UMKM. Perdagangan bebas sebagai imbas dari berkembangnya faham kapitalisme khususnya di sektor sosial dan ekonomi ini telah menciptakan monster monster ekonomi yang mampu menyedot potensi market domestik serta menancapkan kuku-kuku investasinya hingga ke sektor ekonomi paling dalam. 

Keberadaan gurita-gurita konglomerat yang merambah di semua sektor ekonomi telah menciptakan fenomena dan trend baru bagi konsumen untuk mengalihkan minat masyarakat untuk berbelanja menuju kantong-kantong giant modern store atau modern hyper market. Perubahan pola konsumsi ini jelas memberikan imbas bagi kelangsungan hidup sejumlah pedagang kecil, retailer kelas rombong rokok dan mini whole seller yang notabene hidup matinya tergantung dari pembelian konsumen di sekitarnya. 

Kenyamanan outlet dan faktor lebih bervariasinya produk yang ditawarkan, menjadikan keunggulan komparatif dari mega store ataupun super store yang dimiliki para pemilik kapital besar. Meski sebenarnya (jika kita jeli dan amati) banyak produk-produk yang dijual atau ditawarkan oleh warung retail dekat rumah kita, lebih murah dibandingkan yang dijual di super store. Bahkan di warung UMKM dekat rumah, kita bisa membeli secara "ketengan" untuk sejumlah produk yang tidak bisa kita dapatkan ketika kita berbelanja di super store, misalnya membeli batu baterai di warung, kita bisa membeli 1 (satu) biji batu baterai sedangkan kalau di super mart atau minimart sekalipun (gurita investasi kapital paling dalam untuk saat ini) kita paling tidak harus membeli 3 atau 4 biji batu baterai. Selain itu kita juga bisa beli rokok satu batang di warung sebelah sedangkan kalau kita beli di supermarket minimal kita harus membeli 1 pack rokok (isi dikisaran 12 - 20 batang).

Dalam menjaga eksistensi UMKM khususnya warung-warung kelontong atau sayur di sekitar kita, hendaklah jangan membeli dengan sistem kredit atau ngebon ... modal mereka kecil, kalau UMKM kecil yang mengandalkan perputaran dana kecil ini dijadikan sasaran kredit (bon) macet yang susah ditagih, pastilah akan kolaps dan terganggu operasionalnya. Bon yang bertubi-tubi ke warung sama halnya kita berpartisipasi dalam membunuh berkembangnya ekonomi kerakyatan yang berbasis UMKM. Seperti halnya slogan paling cetar di seluruh penjuru tanah air"Jepang hancur karena BOM Hiroshima, Warung hancur karena BON Macet" Saran saya bagi para pemilik warung retailer UMKM khususnya yang sedang merintis bisnis, jangan mudah terbuai rayuan para kreditur alias tukang ngebon, persis seperti bait lagunya kelompok exist (band asal malaysia) "manis di bibir memutar kata", begitu indahnya janji-janji diucapkan kadang dibubuhi sumpah palsu untuk meyakinkan aksi nakalnya. Cash keras atau kontan jika perlu pakai teknologi pembayaran virtual modern via ATM atau aplikasi penyedia pembayaran tunai akan memberikan pengamanan atas bisnis anda dari para perusak bisnis seperti yang diatas.

Membantu sesama, dan menjadikan UMKM mitra bersama hendaknya menjadi landasan kita untuk mulai mengalihkan konsumsi kita dari yang biasanya kita membeli keperluan rumah tangga di super store atau modern store ke warung sebelah. Mengalihkan (sebagian) pemenuhan sembako dan kebutuhan pokok lainnya ke warung sebelah, sedikit banyak akan menyelamatkan bisnis tetangga. Apalagi di Jakarta ini kita tinggal jauh dari kampung, tetangga kita adalah saudara terdekat kita yang (satu saat) kita mintakan bantuan, jika ada keperluan yang mendesak dan mendadak. Saya yakin dengan kita bergerak membeli keperluan di warung sebelah atau tetangga, akan memberikan dampak positif (juga) bagi kemakmuran di kampung kita. Bisa jadi warung tetangga sebelah tempat langganan kita adalah donatur bagi RT/RW kita, dan itu ngga mungkin (sangat kecil peluangnya) super store atau giant store tempat kita membeli keperluan bulanan akan melakukan hal yang sama dengan warung tetangga sebelah.

Upaya mengkampanyekan penyelamatan keberadaan UKMK seyogiyanya tidak hanya bersifat insidental individu per individu, tapi sebaiknya dijadikan semacam gerakan bersama minimal menjadi agenda kerja nyata bagi unit pemerintahan terkecil yaitu kelurahan atau desa. Gerakan ini akan lebih menggema apabila para pejabat dan tokoh pemuka masyarakat dapat memberikan contoh konkrit di tengah komunitas masyarakat. Hal ini akan efisien dan efektif dalam menyebarluaskan gerakan kesadaran bersama membangun UMKM yang tangguh serta kokoh melalui upaya membeli sejumlah kebutuhan pokok di warung tetangga.  

Pemerataan kue rejeki, membantu tumbuh berkembangnya bisnis usaha kecil di lingkungan sekitar kita, sedikit banyak akan menghambat dan mengurangi daya cengkeram investor global dengan kapital unlimited menguasai jalur pemasaran di negara kita, yang pada akhirnya tujuan dari Sang Proklamator (alm) Bapak Ir H Soekarno agar kita (bangsa Indonesia) mampu Berdikari akan terwujud dengan sukses dan bermartabat.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun